Misteri Kitsune, Si Siluman Rubah

By Vanda Parengkuan, Jumat, 18 Mei 2018 | 13:00 WIB
Satu hari di musim semi, para pelayan di rumah Pak Shirozaemon tampak sibuk menyambut Festival Musim Semi untuk para gadis. (Vanda Parengkuan)

Pak Shirozaemon mempunyai toko yang terbesar di kotanya. Tokonya menyediakan kue dan teh yang terbaik. Pak Shirozaemon punya banyak pelayan untuk melayani pembeli. Ketua pelayannya bernama Bu Takae. Ia mempunyai keponakan berumur 15 tahun bernama Okame.

Okame adalah anak yang cantik dan riang. Semua orang suka padanya. Senyum Okame membuat hati siapa pun menjadi bahagia.

Satu hari di musim semi, para pelayan di rumah Pak Shirozaemon tampak sibuk. Ada yang bersih-bersih rumah. Ada yang menyiapkan baju-baju pesta. Ada juga yang sibuk di dapur menyiapkan kue beras yang dibungkus daun hijau. Mereka semua sibuk menyambut Festival Musim Semi untuk para gadis.

Okame yang paling gembira menyambut festival itu. Suara riangnya terdengar di seluruh rumah. Ia membantu merapikan rumah sambil sesekali menari riang.

Namun di sore hari, terjadi hal yang aneh. Tiba tiba ia menjadi pendiam dan kadang berdiri tanpa bergerak. Lalu, tanpa alasan, ia akan lari dan sembunyi sehingga nampan kue di tangannya terjatuh berantakan.

Orang pertama yang curiga akan tingkahnya itu adalah bibinya sendiri, Bu Takae. Ia bertanya pada Okame, namun Okame tidak menjawab, malah lari sembunyi di semak. Ia lalu mengacak-acak bunga di taman dan memakan daun-daunan.

Para pelayan di rumah itu mulai berbisik.

“Jangan-jangan, Okame bukan manusia, tapi Kitsune, si siluman rubah. Siluman rubah kan, pandai menyamar menjadi manusia,” bisik mereka.

Di Jepang, memang ada kepercayaan, bahwa siluman rubah bisa menyamar jadi manusia. Siluman rubah ini disebut Kitsune. Ada siluman yang baik, ada pula yang jahat.

Bu Yukiko, koki di rumah itu, tidak suka pada Bu Takae. Ia iri karena Bu Takae lebih dipercaya oleh Pak Shirozaemon. Ketika mendengar cerita tentang Okame, ia langsung menambahkan,

“Menurutku, Okame memang siluman rubah. Dia menyusup di antara kita dan nanti kita satu persatu akan disihirnya. Ayo, sekarang kita semua usir dia dari rumah ini!”

Bu Takae sangat marah mendengar perkataan Bu Yukiko. “Bagaimana mungkin dia siluman rubah? Aku mengenalnya sejak dia lahir. Aku yang merawatnya sejak dari desa kami. Okame mungkin sedang tidak enak badan.”