Senyum, Dong!

By Sylvana Toemon, Kamis, 22 Juni 2017 | 04:41 WIB
Senyum, dong! (Sylvana Toemon)

Pak Gendut duduk di tokonya. Wajahnya cemberut, tangannya bertopang dagu.

"Heran, semenjak Kadir pergi, toko ini sepi," gumamnya kesal.

Kadir adalah bekas pelayan tokonya. Ia berhenti bekerja pada Pak Gendut karena disuruh pulang kampung oleh orang tuanya. Tampaknya Kadir tak akan kembali.

"Huh!" gumam Pak Gendut sambil memukul meja. Tindakan Pak Gendut ternyata mengagetkan dua anak, yang sedang memasuki tokonya.

"Hai, Nak! Mau beli apa?" tanya Pak Gendut tak ramah.

"Permen empat buah, Pak Gendut," sahut salah seorang anak. Sementara itu temannya memandang cemas pada Pak Gendut.

Dengan malas Pak Gendut melayani pembeli itu. Lalu, ia melihat kedua pembeli kecil itu berbisik-bisik.

"Bicara apa kalian?" hardiknya dengan wajah marah.

Kedua anak itu cuma tersenyum kecil. Lalu mereka meraih permen yang dibelinya. Dengan gesit mereka berlari. Tetapi, setibanya di pintu toko, mereka berhenti.

"Senyum, dong, Pak Gendut!" teriak mereka.

"Jangan cemberut saja, nanti cepat tua!" ujar mereka lagi.

Pak Gendut menggeleng-gelengkan kepala. Ia sangat kesal.