Idul Fitri Pertama di Rumah Baru

By Putri Puspita, Jumat, 7 Juli 2017 | 04:39 WIB
ini Idul Fitri yang indah karena aku punya banyak saudara baru yang datang membantu. (Putri Puspita)

Semua sedang sibuk membersihkan meja makan. Ada yang mengangkat piring, mengangkat gelas, dan ada juga yang mencuci piring. Aku membantu Ibu membereskan meja makan.

Hari ini adalah Idul Fitri pertama yang kami rayakan di rumah baru. Semua saudara datang kemari untuk bersilahturahmi sekaligus merayakan pindah rumah. Aku senang sekali berada di rumah baru ini. Teman-temannya ramah dan suasananya juga sejuk.

Di rumah kami yang lama, semuanya sibuk di rumah masing-masing, menyiapkan banyak makanan di rumah masing-masing. Di sini, semuanya berbeda. Bahkan sejak kemarin, banyak yang membantu.

“Selamat pagi Bu, mari saya bantu siap-siap Idul Fitri. Pasti banyak pekerjaan,” kata Ibu Luna.

Ibu begitu senang dan menyambut tawaran Ibu Luna. Bukan hanya Ibu Luna, tetapi Pak Wayan, Bu Nugraha, dan Bu Sonia juga datang membantu kami menyiapkan Idul Fitri. Mulai dari memasak, bahkan sampai memberi sedikit hiasan di rumah.

“Kalau di sini, pasti dibantu. Kan, kita saudara,” kata Pak Wayan.

Benar-benar seperti punya saudara rasanya. Pak Wayan, Bu Luna, Bu Nugraha, dan Bu Sonia, bukan muslim. Namun mereka mau membantu kami menyiapkan Idul Fitri. Sebagian masyarakat yang lain juga berpencar ke rumah-rumah warga yang muslim untuk saling membantu.

“Bu, beruntung sekali ya kita,” kataku pada Ibu.

“Iya, orang-orang disini sangat baik,” kata Ibu.

Tahun lalu, kami benar-benar kelelahan mempersiapkan Idul Fitri berdua. Sejak Ayah meninggal, Ibu yang membuka catering makanan harus menerima banyak pesanan saat Idul Fitri. Belum lagi harus menyiapkan untuk kami sendiri. Sekarang  aku senang sekali karena banyak yang membantu kami. Hmm… kami merasa punya banyak saudara.

“Nanti, saat Natal atau Galungan, aku juga boleh bantu?” tanyaku.

“Bolehlah, Man. Datang saja ke rumah. Nanti ada saja hal yang bisa dikerjakan,” jawab Bu Sonia.

“Yaaaay,” jawabku senang.

Suasana seperti ini, baru sekali ini aku rasakan. Persaudaraan yang begitu erat dan menyenangkan.

“Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan untuk bilang ya Man,” kata Bu Nugraha.

“Siap Bu. Ibu juga, ya. Siapa tahu, Maman bisa bantu,” jawabku.

Tahun ini, aku dan Ibu tak lagi kelelahan berdua seperti tahun lalu. Banyak pekerjaan yang dibantu oleh tetangga. Banyak juga yang datang untuk memberi selamat dan menyerahkan kartu ucapan. Haah… senang sekali membaca kartu ucapan yang berisi banyak doa-doa yang penuh kebaikan.

Ini Idul Fitri pertama di rumah baru. Idul Fitri kedua tanpa Ayah di samping aku dan Ibu. Namun, ini Idul Fitri yang indah karena aku punya banyak saudara baru yang datang membantu. Aku jadi tak sabar ikut membantu saat yang lain merayakan hari raya.