“Om Niko mau masak lagi, ya?” tanya Runi yang sudah tak lagi takut.
“Tentu saja. Om Niko selalu memasak kalau kembali ke rumah ini. Maaf, ya, kalau tadi Om Niko membuatmu takut,” kata Om Niko sambil tertawa ramah.
Runi yang sudah tidak lagi takut segera mendatangi Om Niko dan menyalaminya. Ia tak peduli pada tangan Om Niko yang kotor terkena tanah.
“Om tadi sedang menggali apa?” tanya Rudi.
“Bahan masakan untuk nanti. Yuk, kita bawa ke rumah,” ajak Om Niko.
Rudi dan Runi kemudian membawa wortel, singkong, ubi, dan talas dari tempat Om Niko berjongkok sebelumnya. Sementara itu Om Niko bercakap-cakap dengan Datuk, Bu Dini, dan Pak Heru.
“Dini, sekarang mereka sudah boleh memasak bersamaku, kan?” tanya Om Niko ke Bu Dini.
“Tentu saja boleh. Sekarang mereka bukan anak balita lagi,” ucap Bu Dini.
“Ayo siapa yang mau ikut memasak di dapur?” tanya Om Niko.
Rudi dan Runi serempak mengangkat tangan. Kedua anak kembar itu segera mengikuti Om Niko ke dapur. Mereka bertiga sibuk sekali. Rudi dan Runi sangat kagum melihat Om Niko yang sangat cekatan memasak.
“Nah, sekarang tiba waktunya menghidangkan masakan kita. Selain rasanya yang sedap, makanan juga harus ditata dengan menarik,” ujar Om Niko sambil menghiasi masakannya.
Datuk, Pak Heru, Bu Dini, Runi, dan Rudi duduk di sekeliling meja makan dengan tatapan penasaran. Mereka sudah tak sabar ingin menikmati masakan beraroma sedap yang disajikan Om Niko. Setelah mengucap syukur, mereka segera melahap masakan itu.
“Hmmm… Sedap! Menu ini cocok untuk restoran bintang 5,” ujar Runi.
“Om Niko memang chef di restoran hotel berbintang 5, kok,” sahut Datuk.
Ternyata Om Niko sudah tidak lagi bekerja di restoran hotel berbintang 5. Ia akan membuka restorannya sendiri. Kunjungannya kali ini juga sekalian untuk mengundang mereka datang ke peresmian restoran barunya 2 minggu yang akan datang. Rudi dan Runi sudah tak sabar untuk menghadirinya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.