“Kalau Kakek mau kemana?” kata Ratih.
“Enggak kok, Kakek hanya ingin jalan-jalan. Kakek tinggal jauh dari sini. Kakek suka naik kereta,” kata Kakek. “Kalau Ratih mau apa di Taman Ismail Marzuki?” tanya Kakek.
“Mau pentas tari Bali Kek,” jawab Ratih.
“Wah hebaaat. Ratih pintar menari!” kata Kakek.
Tiba-tiba dari kejauhan, ada yang memanggil-manggil nama Ratih. Saat menoleh, ia melihat Bu Ratna dan teman-teman. Ratih sangat senang.
“Kek, makasih ya sudah mengantar Ratih,” kata Ratih sambil bersalaman dengan Kakek. Bu Ratna dan teman-teman pun ikut bersalaman.
“Iya sama-sama. Kakek senang bisa mengantar Ratih. Ini buat kalian, anak-anak. Kakek cuma punya satu, nanti main bonekanya gantian ya,” kata Kakek sambil menyerahkan boneka beruang besar yang dari tadi ia bawa.
“Ah, tidak Kek. Itu pasti hadiah untuk cucu Kakek,” kata Ratih menolak.
“Kakek tidak punya cucu lagi,” jawab Kakek itu. “Jadi, diterima, ya,” kata Kakek.
Ratih kaget mendengar jawaban Kakek. “Lalu untuk siapa boneka itu?” tanya Ratih dalam hati.
“Dulu setiap Sabtu, Kakek suka berkereta dan jalan-jalan dengan cucu Kakek. Namun, saat ia berumur 7 tahun, ia hilang. Banyak yang bilang, ia diculik. Kakek sudah 4 tahun tidak bertemu cucu Kakek,” kata Kakek itu dengan wajah sedih.
“Kek, Ratih terima ya bonekanya. Ratih mau jadi cucu Kakek,” jawab Ratih.
“Makasih ya Ratih, kamu anak baik. Kakek tetap suka naik kereta, berharap bisa bertemu cucu kakek lagi. Terakhir kali Kakek pergi dengan cucu Kakek, adalah saat kami beli boneka beruang ini,” kata Kakek sambil menunduk, matanya berkaca-kaca.
“Omang berdoa supaya Kakek bisa bertemu cucu Kakek yang hilang,” kata Omang.
“Iya Kek, Sari juga selalu doakan,” tambah Sari.
Ratih, Omang, dan Sari pun memeluk Kakek. Dalam hati mereka berdoa agar Kakek segera bertemu dengan cucunya kembali. Sebelum berpisah ke tempat tujuan masing-masing, Bu Ratna memberikan Kakek kue pia dari Bali untuk Kakek karena sudah berbaik hati mengantar Ratih kembali.
(SELESAI)