Pangeran dan Gajah Kecil

By Vanda Parengkuan, Minggu, 22 April 2018 | 12:00 WIB
Pangeran dan Gajah Kecil (Vanda Parengkuan)

Pagi hari yang ceria di hutan Dimba. Udara begitu segar, burung-burung bernyanyi merdu. Pipit terbang riang dan hinggap di dahan pohon tempat Dimba makan pucuk-pucuk daun.

"Dimba, ada berita besar! Berita besaaar!" teriak Pipit bersemangat.

"Ada berita apa, Pit?" Dimba tersenyum melihat kelincahan burung mungil sahabatnya itu.

"Pangeran sedang mencari gajah untuk teman bermainnya," lanjut Pipit.

"Huh, pagi-pagi kalian sudah ribut," ujar suara sesosok besar. Wah, Dambo datang! Gajah besar itu memberi pandangan mengejek pada Dimba dan Pipit.

"Lagipula itu bukan berita besar!" lanjut Dambo. "Pangeran itu pasti memilihku. Kalian lihat tubuhku, begitu besar dan gagah."

Sambil tertawa-tawa, Dambo berlalu dari hadapan mereka berdua. Pipit cemberut kesal, sementara Dimba menunduk sedih.

"Huh, gajah sombong!" gerutu Pipit. "Sudah, jangan dipikirkan! Belum tentu Pangeran itu memilih Dambo," hibur Pipit.

Namun, Dimba si gajah kecil tetap saja sedih. Akhirnya Pipit mengajaknya ke sungai. "Mandi membuat badan segar dan pikiran tidak suntuk, lo!" bujuk Pipit.

Mulanya Dimba masih murung. Namun lama kelamaan dia menjadi ceria. Dengan asyik dia menyembur-nyemburkan air dengan belalainya.

"Huh, mandi berapa lama pun tidak akan membuatmu jadi gagah. Pangeran itu tetap akan memilihku!" ujar Dambo sambil mencelupkan dirinya di air sungai.

Dimba yang semula gembira menjadi sedih kembali.