Tari Cakalele, Tarian Perang dari Maluku

By Sigit Wahyu, Rabu, 19 Juli 2017 | 03:19 WIB
Anak-anak di Maluku sering mementaskan tari cakalele untuk keperluan adat. Sumber foto: kompas.com (Sigit Wahyu)

Tari cakalele adalah tarian tradisional khas Maluku. Dalam upacara adat, tari cakalele biasanya dibawakan secara berpasang-pasangan oleh 30 penari laki-laki dan perempuan.

Kostum

Penari laki-laki mengenakan pakaian adat warna merah. Warna merah melambangkan keberanian dan sifat laki-laki Maluku yang pantang menyerah.

Pakaian itu terdiri dari penutup kepala atau tualipa, selempang atau salebutu, dan ikat pinggang atau goronamabiliku.

Sedangkan penari perempuan mengenakan pakaian adat sederhana, dilengkapi sapu tangan atau lenso.

Semarang dan salawaku

Penari cakalele selalu dilengkapi peralatan perang berupa parang atau semarang dan perisai atau salawaku.

Bagi orang Maluku, parang melambangkan martabat bangsa Maluku yang harus dijaga sampai mati. Salawaku yang digunakan bisanya dihiasi dengan motif tertentu yang dibuat berdasarkan perhitungan tertentu sehingga mampu menangkis serangan musuh. 

Tarian adat

Cakalele merupakan tarian adat untuk memberikan semangat juang bagi para lelaki Maluku. Tarian ini diadakan sebagai rangkaian pesta adat sebelum para lelaki Maluku mengarungi lautan untuk pergi berperang atau mencari nafkah.

Roh yang mengamuk

Saat tarian dilakukan, kadang ada penari yang kerasukan roh. Oleh sebab itu, tarian ini disebut cakalele. Cakalele dalam bahasa Ternate terdiri dua kata, caka artinya roh, dan lele artinya mengamuk. Sehingga cakalele berarti roh yang mengamuk.