Ana hidup sebatang kara di hutan. Ia punya kelinci peliharaan bernama Piput. Ana senang berjalan-jalan di hutan bersama Piput. Ia suka memetik sebuah bunga, kemudian menciumnya.
“Wangi, ya!” kata Piput.
Ana memetik banyak bunga. Beberapa waktu kemudian, tangannya pun sudah penuh dengan bunga.
“Besok akan kujual di pasar,” kata Ana.
Kemudian, datanglah seekor burung tekukur, dan hinggap di bahu Ana. “Ana, ayo kita bermain petak umpet!”
Ana dan Piput bersemangat dan siap untuk bermain. Sore itu, mereka bermain sampai puas.
Setelah selesai bermain petak umpet, Ana dan Piput memutuskan untuk pulang. Ana menari-nari sambil melompat-lompat. Ia memang gadis yang periang. Namun, hari sudah malam. Mereka bingung mencari jalan pulang karena gelap. Semua jalan tampak sama, dan mereka terus kembali ke tempat yang sama.
Untungnya, seekor burung hantu datang menolong mereka. Burung hantu menyuruh mereka mengikuti jalan yang sudah diterangi oleh kunang-kunang. Tiba-tiba, terdengar suara teriakan dan tertawa dari sebuah tempat. Banyak hewan di tempat itu, dan semuanya tampak bahagia di sana!
“Ada apa ini?” tanya Ana kepada Piput karena sedikit terkejut.
“Aku juga sangat penasaran,” jawab Piput yang sama bingungnya dengan Ana.
“Itu adalah acara ulangtahun Oli!” jawab para burung hantu dengan nada yang indah seperti paduan suara.