Jejak Pencuri Jemuran (Bagian 2)

By Putri Puspita, Selasa, 1 Agustus 2017 | 10:00 WIB
pencuri jemuran. Ilustrasi: http://kolomrumah.com (Putri Puspita)

Cerita sebelumnya klik di sini.

Ken dan Pak Narto langsung berdiskusi sepulang dari pasar kaget. Mereka benar-benar sudah yakin penjual di pasar kaget itulah yang selama ini mencuri jemuran. Tinggal menyusun strategi untuk menangkapnya.

“Hmm… kita bisa pasang CCTV, jadi bisa terbukti,” kata Ken.

“Benar juga, tapi kalau dia pakai penutup wajah?” tanya Pak Narto.

Ken pun diam dan berpikir. Benar juga, pasti pencuri itu tidak gegabah.

“Ken, kamu sadar kecurian kehilangan sekitar jam berapa?” tanya Pak Narto.

“Pertama jam 11 siang, lalu sekitar jam 1 siang,” kata Ken.

“Hmmm… berarti dia memang beraksi diantara jam segitu. Saat orang-orang pergi bekerja atau beristirahat di dalam rumah,” kata Pak Narto.

“Mari kita coba jemur pakaian, dan mengintip dari dalam rumah sekitar pukul 10 hingga 1 siang,” kata Pak Narto.

“Boleh juga, Pak,” kata Ken.

Keesokan harinya, merekapun sengaja menjemur pakaian hingga jemurannya penuh. Ken memilih baju-baju yang memang akan ia sumbangkan untuk dijemur. Begitu pula Pak Narto.

Mereka bersiap dengan siaga sejak pukul 10.00. Pak Narto bersama istrinya dan Ken bersama adiknya. Mereka mengintip dari dalam rumah melalui jendela secara bergantian.

Namun, sudah menunggu sampai pukul 1 siang, tidak ada tanda-tanda pencuri itu datang. Bahkan mereka berempat sampai ketiduran.

Saat terbangun, Ken buru-buru melihat ke jemuran belakang. Benar saja, jemurannya hilang. Ada tiga baju yang hilang.

“Astagaaa, kenapa aku ketiduran!” kata Ken kesal.

“Bagaimana ini, Ken? Kita belum berhasil menangkap pencuri itu datang,” kata Pak Narto.

“Iya Pak, tapi aku menemukan sesuatu di dekat jemuran. Selain itu Aku rasa ada hubungannya dengan hari. Aku kehilangan hari Jumat dan Sabtu. Ini kebetulan saja Senin, karena aku menjemur banyak pakaian. Kalau Bapak?” tanya Ken.

“Sama Ken! Aku juga hari Sabtu,” jawab Pak Narto. “Apa yang kau temukan dekat jemuran?”

Mereka pun menyimpulkan bahwa pencuri itu mulai beraksi mendekati hari Minggu, supaya barang curian bisa langsung dijual di pasar kaget yang ada setiap hari Minggu.

“Kita harus membuat rencana baru Pak. Rencana yang lebih bagus,” kata Ken dengan semangat.

“Kau punya ide?” tanya Pak Narto.

“Bagaimana kalau kita bikin jebakan tali atau lubang? Aku menemukan jejak kaki pencurinya ke arah semak-semak belakang rumah kita. Aku yakin pencurinya pasti lewat semak-semak itu. Tidak mungkin lewat depan, karena akan terlihat oleh warga,” kata Ken.

“Pintar juga kamu!” kata Pak Narto.

Mereka langsung bersiap membuat jebakan, mulai dari jebakan tali, lubang, dan jaring. Bahkan, CCTV pun juga dipasang. Kali ini tidak boleh gagal. Beberapa rumah warga sudah kemalingan juga. Beberapa warga akhirnya ikut membuat jebakan.

Sabtu tiba. Pagi-pagi sekali semua warga menjemur pakaian. Selain untuk mengundang pencuri, hal ini menjadi kebiasaan di Sabtu pagi. Sekitar pukul 10.00 semuanya bersiap mendengar teriakan dari pencuri yang masuk jebakan. Ada juga yang menonton CCTV.

Tidak lama kemudian….

“AAAAAAWWWW!”

“AAAAWWWW!”

“Haduuuhhhh!”

Tiga teriakan dari tiga titik yang berbeda terdengar. Warga segera keluar yang menangkap pencuri yang terjebak.

Siapa mereka?

Benar saja! Dua dari mereka adalah pedagang di pasar kaget Minggu yang ditemui oleh Ken dan Pak Narto. Satunya lagi mungkin teman mereka.

“Jadi ini, biang keladi pencurian jemuran selama ini!” kata Pak Narto marah.

Semua warga pun marah. Namun, mereka ingat untuk tidak main hakim sendiri. Akhirnya pencuri itu diserahkan kepada polisi.