Karena Bapak Tak Pernah Menyerah

By Putri Puspita, Selasa, 1 Agustus 2017 | 05:00 WIB
Karena Bapak Tak Pernah Menyerah (Putri Puspita)

Uta segera ingin memeluk Bapak, tetapi Bapak tidak mau. “Jangan peluk dulu, Bapak kotor sekali ini habis bersih-bersih kapal,” kata Bapak. Uta tak peduli. Ia tetap memeluk bapaknya.

“Huk huk huk…” Bapak batuk-batuk.

“Bapak sakit?” tanya Uta.

Bapak segera menggeleng. “Tidak, ah. Cuma batuk sedikit saja,” jawab Bapak.

“Huk huk huk… hmmm huk huk hukkk… hmm ….” Bapak batuk-batuk lagi, lama sekali, bahkan hampir muntah.

“Pak? Yuk, kita istirahat saja,” kata Uta.

“Tidak apa-apa huk huk huk. Sedikit lagi kapalnya bersih,” kata Bapak sambil berlari kecil ke kapal.

Uta segera mengikuti langkah Bapak. Ia dengan sigap membantu Bapak membersihkan kapal. Sepanjang menyelesaikan pekerjaannya, Bapak masih batuk-batuk.

Ketika sudah selesai, Bapak tersenyum pada Uta dan memberi isyarat untuk minum teh bersama. Mereka pun duduk di warung kecil dekat pelabuhan.

“Haaah, senang sekali, pekerjaan sudah selesai,” kata Bapak dan tersenyum pada Uta.

“Bapak bekerjanya snagat keras sampai sakit,” kata Uta.

“Ah batuk saja, tidak sebanding dengan sehat dan bahagianya Bapak melihat kamu jadi anak pintar di sekolah,” kata Bapak.