Rasanya seperti mimpi saat Uta diundang ke Balaikota Jakarta. Uta baru saja menjadi juara nasional lomba lari maraton. Hari ini ia akan menerima penghargaan sebagai siswa berprestasi. Uta merasa sangat senang sekaligus gugup karena ia akan mewakili Indonesia dalam lomba marathon tingkat Asia.
Ketika sampai di balaikota, Uta begitu bersemangat. Ini pertama kalinya ia bisa bertemu dengan gubernur secara langsung. “Mimpi apa aku ini, ya,” kata Uta berkali-kali.
Pagi ini, Uta diantar oleh Pak Ahmad, guru olahraga yang selalu mendukung dan melatih Uta dari lomba antar sekolah sampai sekarang lomba antar negara.
Ketika memasuki Balai Agung, Uta menghentikan langkahnya di sebuah meja. Di sana ada bunga anggrek berwarna ungu yang sangat indah.
“Kenapa Uta?” tanya Pak Ahmad yang ikut berhenti melangkah.
“Tidak apa-apa Pak,” jawab Uta. Mereka pun berjalan menuju ke dalam ruang pertemuan.
Anggek ungu itu benar-benar mengingatkan Uta pada Ibu di rumah. Ibu sangat suka pada anggrek ungu yang seperti itu, tetapi tidak pernah memilikinya. Pernah ada penjual anggrek di pasar. Ibu berulang kali melihat anggrek itu, tetapi tidak membelinya karena terlalu mahal.
Uta pun berkali-kali ingin memberikan hadiah tanaman anggrek untuk Ibu, tetapi tabungannya tak pernah cukup.
“Ta, sebentar lagi namamu dipanggil,” kata Pak Ahmad yang membuat Uta berhenti melamun.
“Siap Pak, siap!” jawab Uta.
Rasa bangga Uta bisa bersalaman dengan gubernur bercampur dengan rasa rindunya bertemu Ibu dan Bapak. Rasanya, Uta ingin segera berlari dari sini dan memberikan penghargaan itu kepada Ibu dan Bapak di kampung.
“Coba kamu katakan harapanmu saat ini,” tiba-tiba Bapak Gubernur memberikan mik kepada Uta. Di atas panggung yang disaksikan banyak orang, Uta gelagapan menerima mik itu. Ia tidak menyiapkan kata-kata apapun.
“Hmm… mmm… saya ingin memberikan hadiah untuk Ibu dan Bapak,” kata-kata itu tiba-tiba saja diucapkan oleh Uta.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR