“Hadiah apa itu?” tanya Bapak Gubernur lagi.
“Mau kasi sepatu boot untuk Bapak, supaya kakinya tidak iritasi lagi saat membersihkan kapal. Kalau untuk Ibu, mau beli anggrek ungu seperti yang di ruangan depan Balai Agung ini,” kata Uta sambil tertawa kecil.
Semua orang bertepuk tangan mendengar ketulusan jawaban Uta. Bapak Gubernur pun menyampaikan rasa bangganya pada Uta yang jauh-jauh datang untuk bersekolah di Jakarta dan bisa mengukir prestasi.
Uta kembali ke tempat duduknya. “Oh, jadi karena itu kamu berhenti di meja depan tadi,” kata Pak Ahmad. Uta hanya tersenyum dan mengangguk pada Pak Ahmad.
Seusai acara, Uta meminta pada Pak Ahmad untuk melewati jalan yang ada anggrek ungu itu. Bagi Uta, hal itu bisa sedikit mengobati rasa rindunya pada Ibu di kampung. Tiba-tiba, salah satu asisten gubernur datang menghampiri mereka.
“Uta, ini ada titipan sepatu dari Pak Gubernur untuk Bapak kamu. Dan pohon anggrek dari Ibu Gubernur untuk Ibu kamu. Maaf, Bapak dan Ibu Gubernur tidak bisa memberikan langsung, karena harus segera memenuhi undangan rapat,” kata asisten itu.
Uta sangat kaget. Nafasnya berhenti sebentar, matanya mendelik tak percaya.
“Terima kasih Pak, terima kasih. Sampaikan terima kasih saya ke Bapak dan Ibu Gubernur. Terima kasih, Pak,” tak henti-hentinya Uta berkata begitu pada asisten gubernur di depannya.
Uta kembali melayang. Rasanya seperti mimpi diberikan hadiah oleh gubernur. Ia semakin tak sabar untuk pulang dan bertemu kedua orang tuanya setelah selesai lomba maraton se-Asia. “Bapak Ibu, ada hadiah dari gubernur!” bisik Uta dalam hati.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR