"Ya, betul, tapi bagaimana caranya?" tanya Putri Lila.
"Seminggu lagi aku akan datang kesini. Kamu siap-siap saja. Kita akan turun lewat pohon ajaibku!" kata Pako.
Putri Lila mengangguk, walau agak khawatir jika Pako melupakan janjinya.
Setelah itu Pako turun dan pulang ke rumah. Sejak hari itu selera makan Putri Lila pulih. Ia makan banyak sehingga kedua dayangnya sangat senang. Bibi Tinka mendengar kabar tentang perubahan itu. Ia segera datang ke lantai tujuh. Ia melihat pohon ajaib yang menjulang sampai ke atap puri.
"Ini bahaya. Pohon aneh ini harus segera ditebang!" pikir Bibi Tinka, lalu menyuruh beberapa prajurit unutk menebang pohon itu.
Seminggu kemudian Pako kembali ke halaman istana. Ia melihat pohonnya sudah tidak ada. Jadi ia menaruh lagi satu biji ajaib dan mulai menyiraminya dengan air kolam. Setelah pohonnya mencapai atap puri, Pako memanjat dan akhirnya masuk ke kamar Putri Lila. Dua prajurit yang berjaga terkejut melihat pohon aneh itu tumbuh lagi. Mereka bergegas menebangnya.
Braaaak!! Pohon itu pun tumbang.
"Waah, kita tidak bisa turun. Pohonku ditebang lagi!" kata Pako ketika melihat dari jendela. Ketika itulah pintu kamar Putri Lila dibuka dari luar.
"Nah, ada penjahat kecil rupanya!" seru Bibi Tinka. Dua prajurit maju akan menangkap Pako. Namun Pako sudah siap dengan serbuk ajaibnya. Ia menaburkan bubuk ajaib itu ke arah Bibi Tinka dan dua prajurit.
Zeep zeep zeep! Ketiga orang itu menjadi sekecil biji catur. Putri Lila segera memasukkan mereka ke dalam tas kecilnya.
"Sekarang, ayo kita menghadap ayahku!" ajak Putri Lila.
Raja sangat terkejut melihat putrinya.