“Selamat sore, kalian sudah makan? Kenapa kalian tidak bermain bersama?”” tanya Datuk.
Runi dan Rudi berpandangan. Mereka berdua lupa makan siang. Mereka sibuk sendiri-sendiri sampai lupa waktu. Sementara itu, Bu Dini segera bergerak ke dapur untuk menyiapkan makanan.
“Tumben, kamu sampai lupa makan,” canda Bu Dini saat melihat Runi.
“Aku tadi sedang main game baru tentang masakan,” jawab Runi.
“Ooo, pantas saja sampai lupa makan. Seperti Rudi yang suka lukisan,” sahut Bu Dini.
Rudi dan Runi kembali lagi ke kesibukannya masing-masing. Bu Dini menghentikan mereka sejenak pada waktu makan malam supaya mereka tidak lupa makan lagi. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan kegiatan masing-masing. Melihat kesibukan mereka, Datuk mengurungkan niatnya. Semula, Datuk mau bercerita tentang masa kecilnya. Datuk bahkan membawa foto dirinya waktu masih kecil.
Rudi sibuk dengan lukisannya sedangkan Runi dengan permainan di komputer tabletnya. Mereka asyik sendiri sampai kelelahan. Kedua anak itu pun akhirnya tertidur di perpustakaan.
“Hei, bangun,” tegur seorang anak laki-laki. Anak itu sebaya dengan Runi dan Rudi.
“Siapa kamu? Mengapa kamu ada di rumah kami?” tanya Runi.
“Aku suka rumah ini,” jawab anak itu.
“Kalian suka main game? Ini ada game bagus, tentang lukisan,” ujar anak itu sambil menunjuk komputer tablet Runi.
“Mana? Game yang mana?” tanya Runi dan Rudi serempak. Kedua anak itu sama-sama tertarik.