Di lereng Gunung Fuji ada sebuah kampung yang terpencil. Kampung itu sangat indah karena ditumbuhi banyak pohon sakura. Di sana, hiduplah dua orang gadis yang cantik, baik, dan lemah lembut. Gadis yang pertama bernama Imagawa. Gadis yang kedua bernama Ichie. Imagawa dan Ichie hidup berbahagia bersama ibu mereka.
Pada suatu hari ibu mereka jatuh sakit. Betapa sedihnya hati Imagawa dan Ichie. Hari demi hari berlalu, ibu mereka tidak kunjung sembuh. Kedua gadis itu minta tolong pada seorang pendeta. Pendeta itu mengatakan bahwa ibu mereka dapat sembuh hanya dengan satu obat, yaitu sari dari bunga yang hidupnya terapung di air. Imagawa pun bertekad mencari bunga itu.
"Ibu, biarkanlah aku pergi! Aku akan mencari bunga itu sampai dapat," kata Imagawa.
Sambil menangis Ibu beserta adiknya melepas kepergian Imagawa.
Lama mereka menunggu kedatangan Imagawa. Suatu hari, Ichie berkata pada ibunya, "Ibu telah berhari-hari Kakak Imagawa pergi tapi tak ada kabar beritanya. Izinkan saya pergi menyusul Kakak dan mencari bunga penyembuh itu."
Ibunya terisak mendengar perkataan Ichie. Lalu ia pun berkata, "Ichie, berat rasanya Ibu melepaskanmu." Ichie mendengar perkataan ibunya dengan sedih. Pikirannya bertambah kalut.
"Ibu, biarkanlah aku pergi! Kasihan Kakak Imagawa. Lagipula, sakit Ibu akan bertambah parah," kata Ichie dengan bersungguh-sungguh.
Dengan berat hati, ibunya mengizinkan Ichie pergi.
Setelah beberapa hari lamanya, Ibu ini belum menerima kabar dari putrinya yang pertama maupun yang kedua.
"Ke mana gerangan mereka? Apa yang menimpa mereka?" pikir sang Ibu dengan sedih dan kuatir. Ia tidak lagi memikirkan sakitnya. Kemudian dengan susah payah ia pun pergi meninggalkan rumah dan mencari anak-anaknya yang hilang.
Pada suatu hari, tibalah ibu ini di sebuah danau kecil. Airnya sangat jernih. Di tepi danau itu banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang. Sang Ibu merasa lelah dan ingin beristirahat. Tak lama kemudian ia pun tertidur.
Dalam tidurnya ia bermimpi. Ia bertemu dengan pendeta yang memberi petunjuk tentang penyakitnya. Pendeta itu tersenyum, kemudian menghilang. Lalu, muncullah seekor angsa putih yang sedang berenang. Angsa itu mendorong-dorong dua bunga teratai yang sedang mekar.
Terjagalah sang ibu dari mimpinya. Dilihatnya keadaan sekelilingnya, hening dan sepi. Tiba-tiba, ia melihat bunga di air danau itu. Ya, bunga. Dua bunga teratai yang sedang mekar, seperti dalam mimpinya tadi.
Dengan perlahan-lahan bunga itu ditarik ke tepi dengan sepotong kayu. Lalu dipandanginya kedua bunga itu.
"Betapa cantiknya bunga ini. Sayang sekali... bunga ini pasti akan mati kalau sarinya aku ambil. Biarlah aku sakit daripada harus mengambil sari bunga ini," pikir sang Ibu.
Samar-samar ia melihat sesosok tubuh tua yang tidak asing lagi baginya. Ah! Ia tidak lupa, itulah pendeta yang dijumpai dalam mimpinya tadi.
Dengan penuh hormat, sang Ibu memberi salam. Pendeta itu memandanginya sambil tersenyum. Lalu ia pun berkata," Engkau seorang Ibu yang baik! Engkau sangat sayang pada kedua anakmu."
Lanjutnya, "Engkau akan mendapatkan kembali kedua anakmu yang hilang dan engkau pun mendapatkan sari dari bunga teratai. Wahai Ibu, engkau akan sembuh."
Kemudian Pendeta itu pun menghilang.
Dalam sekejap, muncullah Imagawa dan Ichie. Oh, senangnya Ibu itu karena mendapatkan kembali kedua anaknya dan mendapat obat untuk penyakitnya.
Sumber: Arsip Bobo.