“Saya sering lihat kamu berjualan koran di perempatan jalan sana. Kamu tidak sekolah?” kata Bapak itu.
“Sekolah Pak. Jualannya sepulang sekolah,” jawabku
“Bagus-bagus. Teruslah bersekolah karena itu cara paling mudah meraih cita-cita,” kata Bapak itu. “Laku banyak hari ini?” tanya si Bapak.
“Haduh Pak, baru laku empat, sisanya sudah basah kena hujan,” kataku.
“Jadi kamu harus ganti?” tanya Bapak itu.
“Iya begitulah Pak,” jawabku.
“Dapat uang dari mana?” tanya Bapak itu lagi.
“Jadi buruh angkut mungkin, Pak,” kataku.
Bapak itu hanya mengangguk. Aku menyeruput lagi cokelat hangat yang sangat lezat itu. Lalu menggigit kue yang tak kalah nikmatnya.
“Panggil aku Pak Wira, yah. Aku punya pekerjaan untukmu. Mungkin bisa kau pertimbangkan,” katanya.
Aku sangat bersemangat. Aku letakkan cangkir itu.
“Apa Pak?” kataku bersemangat.