5 Kisah Bendera Pusaka, Ternyata Dijahit H. Mutahar dengan Mesin

By Sigit Wahyu, Kamis, 17 Agustus 2017 | 05:45 WIB
Bendera Pusaka Merah Putih dikibarkan sebagai simbol lahirnya negara baru Indonesia pada 17 Agustus 1945. (Sigit Wahyu)

Bendera merah putih yang dikibarkan pada Proklamasi 17 Agustus 1945 disebut Bendera Pusaka. Bendera Pusaka tersebut tak lagi dikibarkan dan disimpan di Monumen Nasional (Monas). Bagaimana kisah Bendera Pusaka yang menjadi simbol lahirnya negara Indonesia? Di antara 5 kisah berikut ini banyak yang belum tahu bahwa Bendera Pusaka tersebut pernah dibongkar dan dijahit kembali dengan mesin jahit. 

1. Buah Karya Ibu Fatmawati

Bendera Pusaka Merah Putih dibuat oleh Ibu Fatmawati (istri Bung Karno). Ibu Fatmawati menjahit bendera pada tengah malam dengan menggunakan benang dan jarum jahit setelah Bung Karno datang dari Rengasdengklok, Jawa Barat, pada tengah malam 15 Agustus 1945.

2. Ukuran Bendera Pusaka

Ukuran asli Bendera Pusaka Merah Putih sampai sekarang masih simpang siur. Beberapa sumber menyebut bendera tersebut berukuran 274 cm x 196 cm, 274 cm x 178 cm, 275 cm x 182 cm,dan 276 cm x 200 cm. 

3. Kain Bahan Bendera Pusaka

Kain bahan Bendera Pusaka Merah Putih yang dijahit oleh Ibu Fatmawati juga masih menimbulkan tanda tanya. Ada yang bilang, kain yang digunakan untuk membuat Bendera Pusaka adalah kain wol kualitas terbaik dari Inggris yang merupakan koleksi pribadi Ibu Fatmawati. Namun, ada sumber lain yang mengatakan kain bahan Bendera Pusaka merupakan kain katun Jepang. Kain tersebut berasal dari seorang Jepang bernama Hitoshi Shimizu. Shimizu mendapatkan kain putih dan merah tersebut dari gudang Jepang di daerah Pintu Air, Jakarta Pusat. Lalu, Shimizu menyerahkan kain tersebut kepada Chairul Basri untuk diberikan kepada Ibu Fatmawati.

4. Jahitan Pernah Dibongkar

Jahitan Bendera Pusaka Merah Putih buah tangan Ibu Fatmawati pernah dibongkar oleh H. Mutahar, sehingga kain merah dan putihnya terpisah. Hal itu terpaksa dilakukan untuk melindungi Bendera Pusaka Merah Putih agar tidak ketahuan dan disita tentara Belanda.

Seperti dapat kita baca dalam buku sejarah, sejak 21 Juli 1947 tentara Belanda kembali ingin  menguasai Indonesia. Sejumlah pemimpin ditangkap. Bung Karno diasingkan ke Parapat, lalu dipindah ke Muntok. Sedangkan Bung Hatta diasingkan ke Bangka.

Pada pertengahan Juni 1948, H. Mutahar mendapat perintah dari Bung Karno untuk menyerahkan Bendera Pusaka ke tempat pengasingannya di Bangka. Sebelum diserahkan, lembaran kain merah dan putih tersebut dijahit kembali dengan mesin jahit pinjaman seorang istri dokter.

5. Bendera Pusaka Disimpan di Monas