Kejutan yang Mengagumkan

By Vanda Parengkuan, Selasa, 6 Maret 2018 | 04:00 WIB
Kejutan yang Mengagumkan (Vanda Parengkuan)

 

“Anak-anak, jangan keluar dari sarang sementara kita ini, ya, anak-anak,” kata  Ibu Beaver kepada ketiga anak-anaknya. “Ibu dan Ayah akan pergi untuk membangun tempat tinggal baru kita.”

“Selamat bekerja, Bu,”  ujar Nicky si anak beaver paling kecil. Ia tidur dengan hidung di antara kaki depannya.  

Esok harinya, Matahari musim semi di hutan bersinar terang. Ketiga anak beaver itu tergoda untuk bermain di luar sarang mereka. Beaver adalah hewan yang tinggal di dekat akar pohon. Mereka pandai berenang dan suka membuat bendungan di sungai. Makanan mereka adalah akar pohon serta tumbuhan.   

“Hari ini, kita mau main apa?” tanya Nicky, si beaver bungsu. “Mau main petak umpat? Atau main kucing dan tikus? Atau lompat-lompatan?”

“Aku punya ide lain,” balas Basil, beaver yang paling besar.

“Kamu selalu tidak mau menerima ideku!” kata Nicky kesal.  

Nicky memang benar. Ketiga kakaknya tak pernah mendengarkan idenya dengan serius. Mungkin itulah nasib anak bungsu, pikir Nicky sedih.

“Aku punya ide yang sangat bagus,” kata Basil lagi.

“Ide apa? Cepat ceritakan, Basil!” kata Wiggle, si anak tengah. Ia diberi nama begitu karena ekornya selalu bergoyang-goyang.

“Ayah dan Ibu kan sedang membangun sarang dan bendungan baru untuk kita. Nah, bagaimana kalau kita juga membangun sarang kecil untuk kita sendiri?” saran Basil.

“Oh! Itu terlalu sulit!” protes Nicky.

“Tidak, itu tidak terlalu sulit,” Basil meyakinkan Nicky. “Lihat saja nanti. Aku ini, kan, anak paling besar. Aku tahu cara melakukannya. Aku sudah pernah membantu Ayah membangun sarang. Ayo, sekarang kita turun ke sungai. Kita bikin sarang dan bendungan kita sendiri!”

Penuh semangat, ketiga anak beaver itu bergegas turun ke sungai.  Betapa menyenangkan! Membangun sarang sendiri!

Basil berenang paling depan dan mengamati tepian sungai itu. “Kita pasti berhasil. Ayo, kita mulai dengan membangun bendungan!”

“Ayo, ayo!” seru kedua adiknya bersemangat. “Bendungan, bendungan!” 

“Ayo, kita akan menebang pohon birch bersama-sama”.

“Oh, ayo, kita tebang pohon masing-masing, Basil, “ seru Wiggle si beaver anak kedua.

  Mereka bertiga lalu mulai menebang tiga pohon kecil. Tiba-tiba, Basil melihat apa yang sedang dilakukan Nicky.

“Hei, Nicky, si beaver badut! Kamu harus menggigiti batang pohon di sisi yang lain, supaya pohonnya bisa jatuh ke sungai!”

Nicky marah karena dipanggil badut. Ia langsung berbaring di kaki pohon birch dan merajuk.

“Ya, sudah!” teriaknya. “Kalau aku badut, aku tidak perlu bekerja. Aku akan bermain lempar bola saja di sini, lalu tidur-tiduran, dan bermimpi!”

“Nicky, aku hanya bercanda,” bujuk Basil. “Pekerjaanmu bagus. Hanya gigitanmu salah arah saja. Ayo, aku akan membantumu!”

Nicki bangun pelan-pelan dan mengikuti Basil. Basil menunjuk sisi pohon yang harus digigit.

“Kalau kau gigit di sini, pohon akan jatuh ke sungai,” tunjuk Basil. Ia dan Nicky lalu mulai menggigiti sisi pohon itu bersama-sama.

“Awas, Nicky!” seru Wiggle. “Pohon itu mulai roboh. Lari ke sini”

KRAK!

Pohon itu pun patah dan jatuh tepat ke arah sungai, seperti yang ditunjuk Basil tadi.

“Bagus sekali, Nicky. Sekarang, kau harus memotong batang pohon ini menjadi beberapa bagian,” kata Basil lagi.

Nicky mengerjakannya pekerjaan itu dengan semangat. Potongan-potongan batang pohon terkumpul banyak. Malam harinya,  sarang kecil mereka akhirnya selesai dibangun. Dengan ekornya yang lebar, Wiggle membersihkan lumpur di lantai sarang, membuat lorong ke dalam sungai.  Lewat lorong rahasia itulah mereka akan keluar masuk sarang.

“Pekerjaan kita hebat sekali!” seru Nicky, mengagumi hasil karya mereka.

Ketiga anak beaver itu melangkah lelah, pulang ke sarang mereka. Ayah ibu mereka ternyata sudah tiba di rumah dan menunggu mereka dengan cemas.

“Dari mana saja kalian? Apa tadi kalian dikejar berang-berang?” tanya Ibu Beaver cemas.

“Tidak, Bu! Kami habis bekerja keras!” seru Nicky.

Basil mencubit kaki Nicky diam-diam. Nicky segera sadar, ia tidak boleh membuka rahasia mereka. Ia pun berkata lagi, “Mmm, maksudku, kami bermain keras sampai lelah!”

“Nicky, belajarlah bicara yang teratur. Tapi Ibu mengerti. Kalian ini pasti terlalu lelah berlari dan melompat. Sekarang, ayo, cepat tidur...” ujar Ibu Beaver sambil menggelengkan kepala.

Ibu dan Pak Beaver lega karena ketiga anaknya tidak apa-apa. Walau sepintas berang-berang mirip dengan beaver, namun berang-berang adalah hewan pemakan daging. 

Pada hari-hari berikutnya, ketiga anak beaver itu membangun bendungan dengan potongan kayu, batu, dan lumpur. Nicky menumpuk potongan-potongan kayu, sementara Basil dan Wiggle mengisi celah-celahnya dengan lumpur dan ranting kecil lainnya. 

Bendungan mereka hampir selesai. Basil dan Wiggle kini naik ke permukaan sungai untuk mengambil ganggang yang mengambang.  Namun, tiba-tiba Nicky berteriak,  “Awaaas... Ada berang-berang! Berang-berang!”

Basil dan Wiggle bergegas menyusuri terowongan di bawah sarang dan melihat kepala datar dengan kumis panjang yang tampak di atas air. Berang-berang itu berenang tanpa suara, mencoba menangkap mereka diam-diam.

Basil dan Wiggle berjuang mengusir berang-berang itu, sampai ia menghilang di bawah rumput liar.

“Bagus sekali, Nicky. Kau penjaga yang pandai!" kata Basil. “Tadi aku sempat ketakutan!” 

"Aku juga ketakutan," ujar Nicky. Tubuhnya masih gemetar, namun ia bangga karena Basil memberi selamat kepadanya.

“Aku harap, berang-berang tadi takut pada kita dan tidak berani datang lagi,” ujar Wiggle.

Seminggu pun berlalu...

Pada suatu pagi, ketiga beaver kecil itu mengajak kedua orang tua mereka untuk melihat kejutan buatan mereka.

 “Akhir-akhir ini mereka terlihat sibuk,” bisik Ibu Beaver pada suaminya. “Aku tidak sabar melihat apa yang telah mereka lakukan! Apa saja yang mereka lakukan selama kita tinggalkan? Kuharap mereka tidak bikin kekacauan!”

Ketiga beaver itu berdiri berderet dengan wajah gembira di depan ayah ibu mereka. Nicky yang paling tidak sabar. 

“Di mana kejutan kalian, anak-anak?” kata Ayah Beaver.

“Ayah harus turun ke sungai bersama kami,” jawab ketiga anak beaver.

Mereka pun berenang bersama dengan hati gembira. Sinar matahari memantul cerah di air jernih sungai. Terdengar pula nyanyian burung yang bertengger di pohon birch.

“Ini sarang kita!” kata Nicky akhirnya sambil menunjuk dengan bangga ke sarang buatan mereka bertiga.

“Jangan bercanda!” ujar Ayah Beaver. “Ini rumah siapa?” tanyanya lagi.

“Aku tidak bohong, Yah! Ini memang sarang kita,” kata Nicky. “Kami membangunnya sendiri!.

Basil dan Wiggle meyakinkan ayah ibu mereka bahwa Nicky tidak bohong. Memang sarang itulah kejutan mereka.

Dengan takjub, Ayah dan Ibu masuk ke sarang mungil itu dan berkata, “Anak-anak yang hebat! Ini kejutan yang menyenangkan! Sekarang Ayah dan Ibu yakin, kalian pasti bisa menjaga diri sendiri di masa depan.”

Teks: Edi

Dok. Majalah Bobo