Veya gembira karena gadis itu ada lagi di tepi sungai. Kali ini, ia mengenakan baju berwarna cerah. Ia memetik sekuntum bunga dan menyisipkannya di rambutnya.
Dengan malu, Veya memberikannya dua kuntum bunga. Gadis cantik itu berseru gembira, dan mengambil bunga dari Veya. Melihat senyum itu, Veya menjadi berani dan mencium gadis itu.
Veya tersipu melihat keberaniannya sendiri. Ia lari dan bersembunyi.
“Veya, kamu mengalami kemajuan pesat. Dulu kamu pemalu, tapi sekarang kamu sudah berani memberikan seseorang bunga. Apa yang terjadi pada diriku?” pikir Veya keheranan sendiri.
Keesokan harinya, Veya si beaver kecil kembali ke tepi sungai itu. Sekali lagi ia bersyukur, karena gadis cantik itu ada lagi di tepi sungai itu. Ah, namun, kali ini gadis itu sedang menangis sedih sambil membungkuk di tepi sungai.
Veya segera menghampirinya.
“Ada apa, gadis cantik? Apa aku bisa membantumu?” tanya Veya.
Ketika gadis itu melihat Veya, dia berkata di tengah isak tangisnya,”Temanku yang manis, bisakah kau menyelam dan mengambilkan cincin emasku yang terjatuh? Tanpa cincin itu, aku tidak akan bisa kembali ke negeri peri.”
Ah, jadi gadis itu memang peri, pikir Veya. Tanpa pikir panjang, ia segera menyelam ke dasar sungai. Membutuhkan waktu untuk Veya menemukan cin-cin yang terkubur didalam pasir. Untuk mengeluarkannya, Veya harus menggali lama. Veya cukup lama berada di dasar sungai.
Sesaat kemudian, ia muncul ke permukaan air dan memberikan cincin emas pada peri cantik itu. Karena kelelahan, Veya pingsan di tangan peri itu.
Peri cantik itu terharu melihat Veya yang telah berkorban untuknya. Ia meniup wajah Veya dan meletakkan Veya di tepi sungai.
Beberapa saat kemudian, Veya tersadar dan membuka matanya. Veya bahagia saat melihat senyum peri itu.