Kuda Emas di komedi putar itu telah mengangkat penumpang terakhirnya hari ini. Ia tampak sangat lelah. Pietro duduk di punggungnya, dan memberinya semangat, “Ayo, Kuda Emas!”
Pietro tahu kalau Kuda Emas sudah merasa lelah, “Ayo, Kuda Emas, tinggal satu putaran lagi, lalu kita bisa beristirahat dan tidur!”
Akhirnya permainan komidi putar itu selesai, dan si Kuda Emas menarik napas panjang karena lelah.
“Horeee… Kita menang!” sorak Pietro, “Terima kasih karena telah berlari cepat, Kuda Emas!”
“Aku lelah karena telah berlari berputar di tempat yang sama. Aku ingin berpacu di padang rumput seperti kuda-kuda lainnya. Apa kau bisa menolongku, Pak Pietro? Tolong bawa aku ke padang rumput…” pinta Kuda Emas.
Pietro tersipu malu. Belum pernah ada yang memanggilnya ‘Pak Pietro’ sebelumnya. “Panggil saja aku Pietro. Aku akan membantumu semampuku. Apa yang harus aku lakukan agar dapat membantumu?”
“Caranya sangat mudah. Saat malam tiba, datanglah kembali ke sini. Lalu, tolong lepaskan tali-tali yang mengikat komidi putar ini!”
“Baiklah! Setelah itu, apa yang harus kulakukan?”
“Tunggu dan lihat!” kata si Kuda Emas penuh rahasia.
“Kalau kamu pergi ke tempat yang menarik, bolehkah aku ikut?”
“Tentu saja! Kamu boleh naik di punggungku, Pietro. Dan aku akan membawamu dalam petualangan seru!”
Malam itu, seperti janjinya, Pietro kembali ke tempat komidi putar itu. Ia membuka tali yang mengikat Kuda Emas. Kuda Emas lalu membuka tali-tali yang mengikat teman-temannya.
“Pietro, ayo lompat ke punggungku! Ayo kita pergi!”
Si Kuda Emas mencium aroma rumput-rumput kering, dan nyamannya udara di malam hari. Ia mengibaskan surainya yang berwarna emas itu dengan tidak sabar. Pietro segera naik ke punggung Kuda Emas. Kuda Emas pun melesat lari. Hewan-hewan komidi putar lainnya mengikuti dari belakang.
Mereka berlari sepanjang jalan dan melewati kincir angin. Di bawah terang rembulan, tampak hewan-hewan berwarna-warni berarak-arakan. Ada Pietro dan Kuda Emas. Ada si Kambing, Si Kelinci Putih, dan hewan-hewan lainnya. Semua tampak bahagia.
Di tengah perjalanan, mereka melihat sebuah rumah tua.
“Apakah ini rumah penyihir?” tanya Kuda Emas.
Pietro tertawa. “Bukan! Yang tinggal di rumah ini bukan penyihir. Ini rumah Bu Selma. Dia pandai membuat selai, minuman, dan makanan manis…”
Tak beberapa lama kemudian, Bu Selma membuka pintunya.
“Masuklah kawan-kawan!” undangnya.
Rumah Bu Selma adalah sebuah pondok kecil yang sempit. Langit-langit rumahnya rendah. Namun, mereka semua lama-kelamaan terbiasa dengan pondok itu dan menganggap seperti rumah sendiri.
“Siapa yang ingin pancake gandum?” tanya Bu Selma.
Mata Pietro berbinar dan terlihat senang mendengar itu.
“Kami akan membantu Bu Selma membuat pancake gandum,” kata Pietro.
“Iya betul, kami akan membantu Bu Selma,” lanjut si Kuda Emas.
Si Kambing meniup bara api yang mati. Pietro memecahkan telur. Si Kuda Emas mencampur susu. Si Kelinci Putih menuangkan tepung gandum ke tempat adonan. Semua binatang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing untuk membuat pancake. Adonan pun selesai.
Semua binatang melihat si Kuda Emas memasukan adonan ke panci pancake. “Tenang, semuanya boleh bergantian” kata si Kuda Emas. “Lihat caraku menuangkan adonan ini ya! Kalian harus berhati-hati agar tidak tumpah!” Si Kuda Emas melempar pancake itu ke langit, hampir mengenai langit-langit pondok itu. Kemudian pancake itu jatuh lagi tepat di tengah panci.
“Hebaat!” sorak Bu Selma sambil bertepuk tangan. “ Kuda Emas, tolong ambilkan toples selai di laci itu!”
Saat si Kuda Emas mengambil toples selai, yang lain bergantian membuat pancake. Pietro membuka toples-toples selai itu dan mencelupkan jarinya ke dalamnya. “Rasberi, blueberi, blackberi, dan blackcurrant, semuanya enak!”
“Pak Kambing, tolong buka botol sari buah apel itu!” kata Bu Selma.
Pop! Pop! Sari buah itu mengeluarkan buih. Bu Selma mengambil gelas-gelas untuk menyajikan sari buah buat mereka semua.
Setelah makan, Kambing dan hewan-hewan lainnya mengantuk. Mereka tertidur di jerami. Si Kuda Emas dan si Kelinci Putih berlari-lari di padang rumput di tengah sunyinya malam. Sementara Pietro membantu Bu Selma membersihkan piring-piring dan gelas, serta menghabiskan sisa-sisa selai yang ada.
Matahari tampak mulai menyinari langit. Langit mulai berubah menjadi warna pink. “Saatnya kembali ke komidi putar,” kata si Kuda Emas.
“Sampai jumpa, Kuda Emas! Aku akan sering-sering kembali ke komidi putar!” seru Pietro saat mereka berpisah.
Teks: Rizki
Dok. Majalah Bobo