Pangeran dan Gadis Pemetik Harpa

By Sylvana Toemon, Jumat, 23 Maret 2018 | 08:00 WIB
Pangeran dan Gadis Pemetik Harpa (Sylvana Toemon)

Pangeran Tobias ingin mencari gadis tercantik untuk dipinang menjadi istrinya. Akan tetapi, Pangeran sering bingung. Sebab ia menemukan cukup banyak gadis cantik di setiap negeri yang dikunjunginya.

Suatu hari, Pangeran Tobias tiba di sebuah negeri yang indah. Raja negeri itu terkenal arif bijaksana. Raja itu memiliki tujuh puteri yang cantik jelita. Namun, si sulung Puteri Milda, terkenal paling cantik. Maka Pangeran Tobias pun menyamar menjadi tukang kebun istana. Ia ingin membuktikan kecantikan Puteri Milda yang sangat termashyur itu.

Ketika melihat sendiri kecantikan puteri-puteri raja itu, Pangeran Tobias merasa takjub luar biasa. Ia juga harus mengakui bahwa kecantikan Putri Milda memang paling menonjol di antara saudara-saudaranya.

Kini Pangeran Tobias sibuk mengatur siasat untuk membuat Putri Milda jatuh cinta padanya. Berhari-hari ia mencari akal, tetapi tidak menemukan juga. Karena bingung, Pangeran pergi ke tepi hutan istana dan merenung di tepi kolam. Tiba-tiba ia mendengar dentingan harpa.

Ternyata ada seorang gadis kecil sedang memetik harpa sambil bernyanyi merdu. Seluruh angsa dan rusa di sekitar kolam tampak terpukau mendengar alunan harpa dan suara gadis itu.

"Ah, syair lagumu sangat indah. Siapa pujangga hebat yang telah menulis syair lagumu itu?" tanya Pangeran Tobias pada gadis pemetik harpa.

"Aku sendiri yang menulis syair lagu tadi!"

Pangeran Tobias berdecak kagum. Gadis kecil ini tentu sangat pintar. Ah, siapa tahu ia dapat menolongku memecahkan persoalan! Pikir Pangeran. Maka Pangeran pun menceritakan masalahnya pada gadis pemetik harpa. Gadis kecil itu tersenyum sambil berkata.

"Putri Milda menyukai keindahan syair. Tulislah beberapa bait syair untuknya."

Sang Pangeran tertegun. Gadis cilik itu telah memecahkan persoalannya! Saking gembira, Pangeran Tobias segera memacu kudanya, dan kembali ke istananya. Akan tetapi, setiba di istananya, Pangeran baru ingat. Ia tak bisa menulis. Sejak kecil ia tak pernah mau belajar. Padahal ayahandanya telah mendatangkan guru-guru terbaik dari seluruh penjuru negeri ke istana mereka.

Esok harinya, Pangeran Tobias kembali berkuda menemui gadis pemetik harpa. Ia minta dibuatkan syair dan puisi yang indah.

"Baik, tetapi ada syaratnya!" ujar gadis pemetik harpa.