"Oh, dia membuat saya jengkel sepanjang hari."
Raja Rainor bertanya, apa yang membuat Conrad jengkel. Conrad menceritakan semua kejadian yang dialaminya.
"Setiap pagi, saat melewati kandang kuda yang terpencil di halaman belakang, gadis itu selalu bernyanyi, ‘Falada tersayang, bersabarlah. Walau terpisah, kita masih bisa saling menyapa…’ Lalu akan terdengar nyanyian jawaban dari dalam kandang … ‘Oh, putriku… Calon ratu… betapa sedih nasibmu. Jika ibumu yang lembut itu tahu, hatinya tentu akan sangat sedih pilu…”
Conrad juga bercerita tentang rambut si gadis gembala angsa yang indah keemasan. Namun ia tak bisa mencabutnya karena harus mengejar topinya.
Raja Rainor mulai curiga. Ia menyuruh Conrad untuk tetap menjalankan tugasnya esok hari.
Maka, ketika pagi tiba, Conrad dan Putri Amara kembali menggiring gerombolan angsa ke padang rumput. Seperti biasa, saat melewati kandang Falada, Putri Amara bernyanyi, dan terdengar jawaban Falada dari dalam kandang.
Raja Rainor diam-diam membuntuti Putri Amara dan Conrad. Ia melihat semua kejadian itu dengan kaget.
Raja Rainor terus mengikuti mereka sampai ke padang rumput. Ia bersembunyi di antara semak-semak. Di sana, dengan mata kepala sendiri, ia melihat Putri Amara membuka kepang rambutnya. Rambut indahnya yang keemasan tampak berkilau indah.
Raja Rainor juga melihat saat Conrad berusaha mencabut helai rambut gadis gembala angsa itu. Gadis itu bernyanyi dan angin menghembuskan topi Conrad. Saat itu, gadis itu duduk menyisir rambutnya yang panjang berkilau.
Petang pun tiba. Conrad dan Putri Amara kembali ke istana membawa angsa-angsa. Pada saat itu, Raja Rainor memangggil Putri Amara ke halaman samping istana.
“Siapa kau sebenarnya, gadis pelayan?” tanya Raja Rainor.
Putri Amara menunduk dan menggelengkan kepala.