Putri Gembala Angsa (Bag 2)

By Vanda Parengkuan, Rabu, 4 April 2018 | 08:00 WIB
Putri Gembala Angsa (Bag 2) (Vanda Parengkuan)

"Saya tidak mungkin menceritakannya pada Yang Mulia. Saya telah bersumpah untuk tutup mulut. Kalau saya membuka rahasia, saya akan dikutuk dan mati…”

Raja Rainor yang cerdik lalu membujuk lagi,

"Kalau kau tak berani menceritakannya padaku, ceritakanlah pada tungku perapian di dapur, supaya hatimu lega…"

Putri Amara mengikuti saran Raja Rainor. Ia lalu pergi ke dapur, dan berjongkok masuk ke dalam tungku perapian yang sedang padam. Di sana, ia menangis, meratapi nasibnya.

"Ibu…, disinilah aku sekarang. Di salam tungku perapian di dapur istana. Aku adalah putri raja. Tetapi Neida, anak pelayan ibu, telah merebut tempatku. Di jalan, dia memaksa aku bertukar pakaian dan kuda. Kini sebentar lagi dia akan menjadi mempelai Pangeran Rambert . Sementara aku menjadi pelayan dan gadis gembala angsa. Jika Ibu tahu, pasti hati Ibu akan hancur…”  

Raja Rainor ternyata berdiri di dekat pipa cerobong tungku. Ia sangat terkejut ketika mendengar semua yang keluhan Putri Amara.

Saat itu juga, Raja Rainor menyuruh para pelayannya untuk memakaikan gaun terindah untuk Putri Amara. Juga perhiasan mahal milik almarhum ibunda Pangeran Rambert .

Kini, Putri Amara tampak sangat cantik dan berkilau. Raja Rainor memanggil Pangeran Rambert  dan menceritakan semua kebohongan Neida.

Pangeran Rambert  terpesona melihat kecantikan Putri Amara. Ia bersyukur karena semua kebohongan Neida terbongkar.

Keesokan harinya, diadakan jamuan makan mewah di istana. Para bangsawan kerajaan diundang semua. Di kepala meja, duduklah Pangeran Rambert . Di sebelah kirinya, tampak Neida duduk dengan sombongnya. Sementara, Putri Amara duduk di sebelah Raja Rainor. Namun Neida tidak mengenalinya, karena Putri Amara tampil sangat memesona dengan gaun indah.  

Pada saat acara makan dan minum, Raja Rainor pura-pura bertanya pada Neida…

“Jika ada pelayan yang mengkhianati majikannya, apa yang harus kita lakukan untuk menghukumnya?”

Putri Neida langsung menjawab lantang,

“Pelayan seperti itu, harus dimasukkan ke dalam tong kayu besar. Tong kayu itu lalu digelindingkan dari atas bukit. Biarlah pelayan jahat seperti itu menggelinding kembali ke kampungnya!”

Raja Rainor langsung berdiri dari kursinya dan menunjuk ke arah Neida, "Itulah yang kau lakukan pada Putri Amara! Kau mengkhianati majikanmu sendiri! Dan seperti itulah hukuman yang akan kau terima. Kau akan dimasukkan ke dalam tong kayu, dan digelindingkan dari atas bukit!”

Betapa terkejutnya Neida. Beberapa pengawal langsung menangkapnya dan membawanya pergi keluar dari ruangan itu.

Beberapa hari kemudian, pernikahan Pangeran Rambert  dan Putri Amara pun berlangsung meriah. Keduanya lalu memerintah atas kerajaan mereka dengan damai.

Putri Amara tak lupa mengajak Pangeran Rambert  untuk menengok ibunya yang sudah tua. 

(Tamat)

Teks adaptasi: L. Olivia

Dok. Majalah Bobo / Brothers Grimm