Anehnya, semakin besar, hidung Ling Ling semakin mancung. Saat ia berusia 17 tahun, ia tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas, dan rajin.
Ketika tersiar kabar walikota mencari istri, Ling Ling pun diantar orangtuanya pergi ke kota. Ia menjalani berbagai ujian dan akhirnya terpilih menjadi istri walikota.
Tugas suaminya berpindah-pindah dan Ling Ling terus mendukung karir suaminya. Sampai akhirnya, saat Ling Ling berusia 28 tahun, suaminya diangkat menjadi raja muda di wilayah yang jauh dari desa kelahiran Ling Ling.
Suatu ketika, Ling Ling rindu akan desa kelahirannya. la ingin berkunjung. la teringat akan Hau Ma dan Pak Ming San, tukang beras yang baik itu. la ingin membalas budi yang diterimanya waktu masa kanak-kanaknya.
Sayangnya, waktu itu Hau Ma sudah meninggal. Tinggal Pak Ming San yang masih setia berdagang beras di pasar. Berita kedatangan Nyonya Raja Muda cepat tersiar di desa Ling Ling. Mereka sangat bangga karena nyonya pembesar itu adalah warga desa mereka. Juga tersiar berita bahwa nyonya raja akan datang ke pasar dan mencari Pak Ming San, tukang beras.
Sebetulnya Ming San sangat senang karena Ling Ling kecil yang sering digodanya dulu sudah menjadi orang terkenal.
Akan tetapi, orang-orang di pasar bilang, “Ingat-ingatlah, kamu punya salah apa. Jangan-jangan dia datang untuk membalas dendam. Mungkin kamu akan ditangkap dan disiksa serta dipenjara!”
Mendengar omongan mereka, Ming San menjadi gelisah. Ia takut omongan itu benar. Maka, saat rombongan Nyonya Raja Muda datang, Pak Ming San pulang ke rumahnya.
Dengan gembira Ling Ling melihat-lihat pasar, menyapa orang-orang yang masih dikenalnya. Namun, ia kecewa ketika mendapati kios tukang beras ditutup.
“Mana Ming San? Lekas cari dia. Bawa dia menghadap. Aku tunggu dia di rumah, orang tuaku!” perintah Ling Ling pada para pengawal.
Sementara itu, Ming San yang ada di rumah sangat takut ketika diberitahu bahwa para pengawal disuruh mencarinya. Ia berlari ke pantai, bermaksud melarikan diri. Namun, di ujung jalan, para pengawal menangkap dan membawanya menghadap Ling Ling.
Ming San berlutut, menyembah, dan berkata, “Ampun, Nyonya. Hamba minta ampun atas semua kesalahan hamba. Janganlah hamba yang tua ini dihukum. Kasihanilah hamba!”
Ling Ling tertawa geli dan berkata, “Pak Gendut, eh, Pak Ming San. Bapak omong apa, sih? Bapak sama sekali tidak bersalah. Saya mencari Bapak karena mau membalas budi baik Bapak. Dulu, ketika saya kecil, Bapak selalu membelikan saya kue-kue karena orang tua saya tidak mampu membelinya. Bapak memberikan tambahan beras setiap kali saya berbelanja. Bahkan Bapak selalu berkata saya pantas jadi istri raja muda. Itu membuat saya berani mengikuti ujian menjadi istri walikota dan yakin bahwa saya pantas menjadi istri raja muda. Dan, sekarang hal itu menjadi kenyataan.”
Ming San mendapat hadiah sekantung emas. la sangat gembira.
Demikianlah, tukang beras yang murah hati mendapatkan imbalan atas kemurahan hatinya pada seorang gadis kecil.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.