Mencari Hati Raksasa

By Sylvana Toemon, Kamis, 29 Maret 2018 | 08:00 WIB
Mencari hati raksasa (Sylvana Toemon)

Getap seorang anak laki-laki yang penakut. Ia takut gelap, takut sendirian, juga takut mengakui kesalahan. Ia tinggal bersama seorang paman yang sangat membenci sifatnya.

Suatu hari seekor kambing pamannya yang ia gembalakan hilang. Karena takut dihukum Paman, Getap bersembunyi di semak-semak.

Tiba-tiba ia mendengar teriakan Paman, “Anak pengecut! Kau bersembunyi dan lari dari kesalahanmu sendiri! Kukutuk kau menjadi kurcaci! Hanya hati raksasa bisa mengembalikanmu seperti semula!”

Getap ketakutan sekali. Ia segera berlari kencang sampai ke tepi hutan. Ia memanjat sebuah pohon besar berlubang dan bersembunyi di situ. Walau berhasil lolos, ternyata Getap tak terbebas dari kutukan pamannya. Perlahan ia berubah menjadi kurcaci. Karena ketakutan dan lelah, ia pun jatuh tertidur.

Hari menjelang malam ketika Getap terbangun oleh suara-suara di bawah pohon. Ternyata tepat di bawah pohon, seorang pangeran sedang mengubur sesuatu.

Pangeran itu bergumam, ”Untuk apa aku membawa harta sebanyak ini! Raksasa yang kucari lebih suka memangsaku daripada diberi harta. Bila kelak kembali, koin emas ini kuambil lagi!”

Getap terkejut. Ia dan pangeran itu dalam satu tujuan. Ia pun harus mencari raksasa bila ingin kembali menjadi manusia. Cepat-cepat Getap turun dari pohon. Diam-diam ia bergelayut di jubah pangeran itu.

Bersama sang pangeran, Getap melanjutkan perjalanan menembus malam. Setelah berjalan jauh ke tengah hutan, pangeran itu berhenti di sebuah pondok kecil. Ia mengetuk pintu pondok itu. Seorang laki-laki pendek berperut buncit membukakan pintu. Dialah pemilik pondok itu.

Pangeran itu memberi salam dan berkata, “Aku Pangeran Wulung. Bisakah kau memberiku makanan dan mengizinkanku bermalam?”

Pemilik pondok mempersilakannya masuk, lalu menghidangkan makan malam. Getap pun kelaparan. Ia bersembunyi di bawah pinggiran piring Pangeran. Saat Pangeran lengah, ia mengambil nasi di piring.

Esoknya, Pangeran Wulung memberi sekantong koin emas pada pemilik pondok. Pemilik pondok itu menolak. Pangeran Wulung berkata,

“Pakailah untuk membiayai siapa saja yang meminta makan dan menginap di pondokmu!”