Mencari Hati Raksasa

By Sylvana Toemon, Kamis, 29 Maret 2018 | 08:00 WIB
Mencari hati raksasa (Sylvana Toemon)

“Sungguh baik hatimu! Apa tujuanmu di hutan ini?” tanya pemilik pondok.

“Ayahanda menugasiku menangkap raksasa yang sering mengganggu manusia.”

“Kalau begitu, aku akan menolongmu sampai ke tujuan!”

Pemilik pondok itu lalu meniup tubuh Pangeran Wulung. Perut buncitnya kembang kempis memompa udara. Lama-kelamaan angin yang berhembus dari mulutnya semakin kencang. Jubah Pangeran Wulung, tempat Getap erat berpegangan, melambai-lambai.

Pangeran bersama Getap tertiup tinggi di angkasa. Mereka melewati gunung, ngarai, sungai, dan akhirnyamendarat di sebuah gua.

Seorang raksasa sedang duduk bermalas-malasan di mulut gua. Getap putus asa melihatnya. Bagaimana mungkin ia sanggup membunuh raksasa itu dan mengambil hatinya! Tapi kalau tak berbuat apa-apa, ia akan menjadi kurcaci selamanya!

Saat Getap masih bimbang, Pangeran Wulung telah melompat ke hadapan si Raksasa.

“Grrh…grrh…,” Raksasa berusaha menangkap Pangeran yang menyerang dengan pedang.

Tak beberapa lama Raksasa berhasil menyambar pedang. Tubuh Pangeran Wulung seketika terangkat bersama pedangnya. Tanpa berpikir panjang, Getap melompat cepat. Dan… hop, ia berhasil meraih daun telinga raksasa. Ia masuk ke dalam telinga, lalu berteriak sekuat tenaga, “Hei, Raksasa! Cepat bebaskan Pangeran!”

Raksasa mencari-cari asal suara. Getap memukul-mukul gendang telinga.

“Ooo… Wuuh…!” Raksasa melolong.

“Lepaskan Pangeran dan berlututlah! Kau akan kuampuni!”