Raja Bermata Sapi

By Sylvana Toemon, Selasa, 20 Maret 2018 | 11:10 WIB
Raja bermata sapi (Sylvana Toemon)

Suatu ketika, ada seorang raja  bernama Tegar Karang. Ia mempunyai seorang sahabat, seorang pedagang kain yang bernama Danu Bijak. Hampir tiap hari Danu Bijak datang ke istana. la bertukar pikiran dengan Raja dan sering menasihati Raja. Kadang-kadang, mereka berdua pergi berekreasi.

Suatu hari, Raja Tegar Karang dan Danu Bijak berburu. Mereka mengejar seekor rusa dan memacu kuda masuk ke dalam hutan, meninggalkan para pengawal jauh di belakang. Ternyata, seekor burung besar merasa terganggu  dengan kehadiran mereka di wilayahnya. Tiba-tiba, burung itu menukik dari sebatang pohon tinggi dan mematuk mata kiri Raja.

Raja menjerit kesakitan. Sebelah tangannya menutup matanya dan tangan kanannya memegang kekang erat-erat. Danu Bijak cepat bertindak. Rombongan bergegas kembali ke istana.

Di istana, Raja diperiksa oleh Tabib Kerani . Ternyata, mata kiri Raja tak tertolong. Terpaksa Raja hanya memiliki satu mata atau harus mengganti matanya dengan mata orang lain. Namun, waktu sangat terbatas  dan operasi harus lekas dilakukan. Maka terpaksalah diambil jalan pintas. Mata kiri Raja Tegar Karang diganti dengan mata sapi. Rahasia itu hanya diketahui oleh mereka bertiga.

Sebulan kemudian Raja sembuh. Semua berjalan biasa, kecuali satu hal. Sekarang Raja Tegar Karang punya kegemaran baru. la suka sekali duduk di padang rumput di belakang istana dan memandangi rumput hijau, termasuk pada jam kerja.

Danu Bijak datang untuk menasihatinya di padang rumput. “Wahai Baginda, sebagai sahabat, saya mau memberitahu satu hal. Ini jam kerja. Tak sepantasnya Baginda berada di sini. Banyak tugas Baginda di istana. Ayo, kembalilah ke istana dan bekerja,” kata Danu Bijak.

“Ah, aku masih senang di sini. Lihatlah betapa indahnya dan segarnya rumput hijau itu. Aku tidak bisa menahan keinginanku untuk diam berlama-lama di sini!” kata Raja Tegar Karang.

Danu Bijak tersentak. Jangan-jangan, hobi baru Raja ini ada kaitannya dengan mata kirinya yang diganti mata sapi.

“Gawat kalau begitu. Jangan-jangan, nanti Baginda juga ingin makan rumput seperti sapi,” goda Danu Bijak.

Di luar dugaan, Raja Tegar Karang menjawab serius, “Ya, sebenarnya aku juga ingin makan rumput. Dimasak apa, ya, enaknya? Atau dimakan seperti lalap mungkin lebih enak, ya?”

Danu Bijak tidak tertawa mendengar jawaban sahabatnya. Tegar Karang seorang raja. Wibawanya harus dijaga. Harus ada yang mengorbankan mata kirinya sehingga Raja memiliki sepasang mata manusia.

Disarankannya hal itu kepada Raja. Raja menyetujuinya. Ia meminta Danu Bijak mencarikannya pendonor mata yang mau merahasiakan hal tersebut. Sebagai hadiah, Raja akan memberi donor itu sekantung emas.