Mabing dan Rakan

By Putri Puspita, Rabu, 6 September 2017 | 10:00 WIB
Mabing, sahabat Rakan (Putri Puspita)

“Paman tahu hal apa yang sedang Rakan pikirkan,” kata Paman yang tiba-tiba duduk di sebelah Rakan.

“Kalau Rakan masuk SD, nanti Mabing sama siapa?” kata Rakan. “Rakan tidak ingin meninggalkan Mabing,” tambah Rakan lagi. Wajahnya sedih.

“Hmmm, sudah Paman duga. Jadi, Rakan lebih pilih bermain dengan Mabing dari pada sekolah?” tanya Paman.

Rakan hanya terdiam dan berpikir. Tidak mungkin kalau ia tidak ke sekolah.

“Paman yakin Mabing tidak akan kenapa-napa. Mabing juga senang kalau Rakan sekolah untuk raih cita-cita. Hayo, ingat cita-cita kamu, Kan. Mau jadi apa?” tanya Paman.

“Dokter hewan!” jawab Rakan bersemangat.

“Nah itu! Kalau kamu mau jadi dokter hewan, ya harus sekolah. Pasti nanti bisa mengobati kalau Mabing sakit atau hewan lainnya,” kata Paman.

Benar juga. Senyum Rakan mulai mengembang.

“Kalau kamu sedih, Mabing pasti ikut sedih, nggak mau makan nanti dia. Sakit deh!” tambah Paman.

“Iya, Paman benar. Rakan harus sekolah,” jawab Rakan.

Semangat Rakan sudah kembali lagi.

“Lagi pula, kan, sekolahnya sampai jam sebelas. Setelah itu, bisa kembali menghabiskan waktu dengan Mabing,” kata Rakan lagi.

Paman mengangguk. Mereka pun menuju ruang makan dan segera makan.

Malamnya, Rakan menuju kandang Mabing.

“Selamat istirahat, ya, Bing. Aku janji tidak akan sedih-sedih lagi. Aku akan rajin ke sekolah agar bisa jadi dokter hewan!” kata Rakan sambil mengelus Mabing, sahabatnya. Mabing melompat-lompat, sepertinya ia senang. Rakan pun begitu.

Tiba waktunya sekolah. Rakan mengelus Mabing pagi itu, pamitan ke sekolah diantar Paman. Setiap pagi pun Mabing akan berdiri di depan rumah untuk mengantar Rakan yang akan berangkat. Saat kembali ke rumah pun, Mabing sudah siap berdiri dekat pintu untuk menyambut Rakan. Mabing memang sahabat yang setia.