Detektif Polan

By Sylvana Toemon, Minggu, 11 Maret 2018 | 02:00 WIB
Detektif Polan (Sylvana Toemon)

Pagi itu Saudagar Badu datang mengadu ke kantor polisi.

“Berkali-kali barang kirimanku dirampok penjahat di tengah hutan,” keluh Saudagar Badu. “Mengapa sampai saat ini polisi belum juga berhasil menangkap mereka?”

“Pejahat-penjahat itu licin sekali, Pak,” sahut Pak Polisi, “Kami sudah berusaha menangkap mereka, tapi mereka selalu berhasil meloloskan diri.”

Kebetulan Detektif  Polan ada di kantor polisi itu. Ia mendengar percakapan tadi. Detektif Polan  datang mendekat, lalu memperkenalkan diri kepada saudagar Badu.

“Saya akan menolong Bapak,” katanya. “Kapan Bapak akan mengirim barang lagi?”

“Kira-kira dua hari lagi,” sahut saudagar Badu.

“Kali ini barang kirimanku berupa perhiasan emas dan berlian. Harganya mahal sekali. Itu sebabnya saya minta bantuan polisi untuk mengawal.”

“Tidak perlu pengawal polisi,” kata Detektif Polan.

”Lebih aman kalau saya yang  membawa barang itu. Asal Bapak percaya kepada saya.”  Saudagar Badu menoleh kepada polisi untuk minta pendapat.

“Saya setuju dengan detektif Polan. Kalau memakai pengawal polisi, justru penjahat itu akan tahu bahwa kiriman kali ini sangat berharga. Percayakan saja pada Detektif Polan. Saya jamin kiriman Bapak aman sampai di tempat tujuan.”

“Tanpa pengawalan polisi? Apa bisa dia menghadapi bandit-bandit itu sendirian?” tanya saudagar Badu ragu.

Detektif Polan cuma tersenyum. Kemudian katanya, “Sudah saya katakan. Asal Bapak percaya.”