“Kita harus bertemu lagi,” seru Amir.
“Ya, benar. Kalian memang harus bertemu lagi untuk membicarakan ide dan nama kelompok kalian. Kita bertemu seminggu lagi dengan sebuah ide untuk masing-masing kelompok. Ingat, 1 kelompok hanya boleh 1 ide. Jadi, kalian harus musyawarah untuk menentukannya. Minggu depannya lagi, kita semua akan menunjukkannya di bazar sekolah,” kata Bu Wati.
Anak-anak itu hanya hening sebentar saat doa untuk pulang. Setelah itu, mereka kembali riuh berbicara. Masing-masing kelompok kemudian berkelompok di halaman sekolah. Kelompok Runi dan Rudi mendapat tempat di pojokan kebun sekolah. Masing-masing mengusulkan ide wirausaha yang menurut mereka terbaik.
“Setelah dipikir-pikir, ide makanan bagus juga, tuh,” ujar Rudi.
“Tuh, kan? Apa kubilang. Semua orang itu perlu makanan,” sahut Runi.
Kedua anak kembar itu berdebat sementara teman-teman lain juga ikut berbicara. Kelompok kecil yang membentuk lingkaran itu gaduh sekali. Masing-masing berbicara memberikan pendapatnya.
“Oke teman-teman. Apakah kita bisa sepakat akan menjual makanan?” ucap Amir yang tiba-tiba berdiri di tengah lingkaran.
“Sepakat!” sahut semua anak dalam kelompok itu.
“Kita jual nasi goreng aja, yuk,” usul Runi.
“Atau mi bakso,” ujar Salsa.
“Bagaimana kalau kita jual yang belum ada di kantin?” usul Bayu.
“Hei, kamu merusak pohon singkong itu,” tegur Keyla saat melihat kaki Amir menginjak batang pohon singkong.