“Oo…pantas saja,” gumam Runi.
“Pantas berantakan, ya?” sahut Datuk. Runi dan Rudi menyambutnya dengan gelak tawa.
Setelah puas tertawa, Datuk kembali melanjutkan ceritanya. Datuk memperkenalkan foto-foto siapa saja yang ditempelnya di album itu. Album itu berisi foto saudara-saudara Datuk. Datuk bercerita terus tentang setiap orang yang ada di foto itu. Tiba-tiba, Rudi teringat sesuatu.
“Hmm…Datuk bukannya anak tunggal, ya?” tanya Rudi pelan.
Datuk mendadak menghentikan ceritanya. Ia menutup album itu. Kedua tangannya kemudian membelai rambut Runi dan Rudi.
“Datuk memang terlahir sebagai anak tunggal. Namun, Datuk menganggap sepupu dan teman-teman Datuk sebagai saudara kandung. Kalian beruntung, saat lahir sudah memiliki saudara,” ujar Datuk.
Runi dan Rudi tertawa mendengarnya. Sebagai anak yang terlahir kembar, mereka memiliki saudara tepat di hari kelahiran mereka.
“Nah, sekarang kalian dengarkan cerita yang ini, ya!” ucap Datuk sambil membuka album foto yang kedua.
Album foto yang ini agak berbeda dengan yang pertama. Orang-orang yang wajahnya ada di foto-foto itu bukan lagi anak kecil. Susunan foto-foto itu pun lebih rapi dibandingkan album yang sebelumnya. Orang-orang itu adalah orang yang sama dengan yang ada di album pertama, hanya saja mereka sudah dewasa. Runi dan Rudi menebak-nebak nama mereka berdasarkan apa yang Datuk ceritakan di album yang pertama. Runi dan Rudi juga mengenali teman Datuk yang pernah kehilangan kacamata berbingkai emas di panti wreda.
“Hoaaam…Datuk mengantuk, nih! Kalian masih mau di sini, ya? Datuk mau tidur dulu, ya,” ujar Datuk.
Datuk pergi tanpa membawa kotak hitamnya. Kotak itu tertinggal di meja kecil dekat sofa yang mereka duduki. Runi dan Rudi yang penasaran dengan kotak itu saling berpandangan. Perlahan-lahan kedua anak itu menggapai kotak hitam. Mereka mencoba membukanya. Runi dan Rudi sama-sama terpana melihat isinya. Di dalamnya ada piring porselen bergambar anak-anak kecil. Anak-anak itu adalah Datuk dan saudara-saudaranya. Runi dan Rudi tidak sadar kalau Datuk telah datang kembali. Mereka sangat terkejut.
PRANG! Piring porselen itu pecah. Datuk, Runi, dan Rudi sama-sama diam membeku. Sesaat kemudian, terdengar isak tangis Runi.