“Hik hik hik...Datuk, maafkan kami! Kami penasaran mau melihat isinya. Hik hik hik...” sesal Runi.
Datuk diam saja sambil memandang nanar pada pecahan piring itu. Wajahnya sedih sekali. Runi dan Rudi bertambah sedih dan menyesal melihatnya.
“Ada apa ini?” tanya Bu Dini yang datang saat mendengar ada sesuatu yang pecah.
“Maafkan kami, Datuk!” sesal Rudi.
“Ini satu-satunya foto Datuk bersama-sama dengan mereka!” gumam Datuk sedih.
“Oo…itu masalahnya. Tenang saja, nanti kita buat piring porselen yang baru dari foto-foto yang ada di album. Teknologi sekarang ini serba bisa, kok,” hibur Bu Dini.
Esoknya, mereka membawa album foto itu ke tempat khusus. Foto-foto di album itu dipindai, kemudian dicetak pada piring porselen. Tak lama kemudian, Datuk memiliki piring porselen baru bergambar keluarganya yang dulu. Datuk pun memiliki piring porselen bergambar Runi dan Rudi, keluarganya yang ada sekarang. Datuk senang sekali. Runi dan Rudi pun lega. Mereka berjanji tidak akan lagi membuka kotak Datuk tanpa izin darinya, walaupun penasaran.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.