Sepeda Berwarna Perak 2

By Sylvana Toemon, Selasa, 20 Maret 2018 | 05:00 WIB
Sepeda berwarna perak (Sylvana Toemon)

Kedua anak itu langsung bersorak gembira kemudian mengucapkan terima kasih kepada ibunya. Kedua anak itu sudah berada di dekat sepeda masing-masing saat mobil boks meninggalkan rumah mereka. Runi tentu saja memilih sepeda yang ada keranjangnya.

Srrrr… Rudi meluncur dengan sepedanya di jalan setapak. Rudi sudah bisa mengemudikan sepeda dengan baik. Melihat itu, Runi tak mau kalah. Ia pun mencoba menggenjot  pedal sepeda barunya. Sepeda Runi berjalan dengan pelan, bergoyang ke kiri dan ke kanan, kemudian jatuh.

“Aw! Aku jatuh!” teriak Runi kesakitan.

Rudi segera membantu Runi yang tertimpa sepeda. Lutut Runi lecet, wajahnya meringis.

“Aku pikir mengendarai sepeda itu mudah,” ujar Runi.

“Pasti karena kamu melihat Amir, ya? Buat yang sudah bisa, mengendarai sepeda memang mudah,” ucap Rudi.

“Lihat, sepedaku tergores. Seharusnya aku belajar dulu, ya,” sesal Runi.

“Yang penting kamu tidak tergores sebanyak aku. Ayo coba lagi,” hibur Rudi sambil menunjukkan lecet-lecet di lututnya yang mulai mengering.

Runi pun kembali mencoba menaiki sepedanya. Setiap kali sepedanya oleng, Runi menghentikan sepedanya. Beberapa kali Runi terjatuh dan nyaris putus asa. Rudi terus memberi semangat sampai akhirnya Runi pun bisa.

Hari-hari berikutnya, Runi dan Rudi giat berlatih mengendarai sepeda. Saat libur, mereka boleh bersepeda di taman kota. Di sana, mereka bertemu dengan teman-teman lain yang juga mengendarai sepeda. Walaupun lomba sepeda hias masih lama, Runi dan Rudi sangat giat berlatih. Mereka juga merencanakan hiasan buat lomba sepeda hias.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.