Terjebak di Pasar Kuno

By Sylvana Toemon, Jumat, 11 Mei 2018 | 13:00 WIB
Terjebak di pasar kuno (Sylvana Toemon)

“Ini pasti mimpi,” bisik Adhia di dalam hati. Namun, kruyuukk. “Lo, di mimpi, kok, aku bisa merasa lapar?” gumam Adhia tambah bingung.

“Pak, bakpao ayamnya satu, ya,” ucap Liana kepada penjual bakpao berkebangsaan Cina. Bakpaonya tampak enaaaaak sekali dan Adhia sudah lapar sekali. Adhia jadi memandangi Liana yang menggigit bakpao itu.

“Huh, terlalu asin!” kata Liana. Dengan mudahnya, Liana membuang bakpao itu begitu saja. Adhia terkejut sekali melihatnya. Ia tahu, Liana selalu menghabiskan makanannya biarpun makanan itu tidak terlalu enak. Lama Adhia memandangi bakpao yang dibuang Liana.

“Dik, mau beli, tidak?” tanya penjual bakpao kepada Adhia, membuyarkan lamunan Adhia. Adhia menggeleng pelan.

Hari itu, di Pasar Karangantu Banten Lama, Adhia melihat betapa mudahnya Liana berbelanja, menghabiskan uang, dan menyia-nyiakan barang yang dibelinya. Sementara, ia hanya bisa diam, menahan diri.

Adhia jadi teringat, betapa sering ia belanja, menghambur-hamburkan uang orang tuanya untuk membeli barang-barang tidak perlu. Adhia selalu mengajak Liana. Liana hanya bisa menonton sebab ia dan adik-adiknya harus hidup sederhana.

***

“Adhia? Adhia?” panggil Ibu Yani. Adhia membuka mata. Dilihatnya Ibu Yani, Liana, dan teman-temannya mengerumuninya.

“Makanya, hati-hati kalau jalan. Jangan sambil melamun. Kamu jadi jatuh, kan. Untung cuma lecet-lecet,” ucap Ibu Yani lagi sambil mengurut kaki Adhia.

Ternyata, benar, Pasar Karangantu zaman kuno itu tadi hanya mimpinya waktu ia terjatuh.

Namun, Adhia berjanji di dalam hati, dia tidak akan lagi menghambur-hamburkan uangnya.

“Juga merawat barang-barangmu, Adhia,” bisik Liana tiba-tiba. Adhia terkejut.

Lebih terkejut lagi saat ia melihat Liana sedang mengobrol dengan temannya yang lain. Pelan, Adhia merogoh saku roknya. Ada dompet kain lusuh di sana. Lo, kok?

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Pradikha Bestari.