Putri Naninggala yang Penakut

By Sylvana Toemon, Sabtu, 21 April 2018 | 12:00 WIB
Putri Naninggala yang penakut (Sylvana Toemon)

“Kwaaak… Ingatkah kau, Putri? Aku burung kelayang yang dulu kamu selamatkan. Aku akan memenuhi janjiku. Malam ini, aku dan prajurit-prajuritku akan menyelamatkan pulau ini.”

Benarlah... Saat malam tiba, burung-burung kelayang berdatangan ke pulau itu. Putri Naninggala masih tidak mengerti, bagaimana caranya burung-burung bisa melawan serangan ganas armada perang Negeri Seberang Lautan. Namun, burung kelayang meyakinkan Putri Naninggala bahwa rencananya pasti berhasil.

Malam itu gelap sekali. Bulan bersinar samar-samar. Dan saat dari kejauhan terdengar terompet perang dari kapal perang Negeri Seberang Lautan, burung-burung itu terbang berhamburan ke arah laut dan tak lama terdengar suara benturan-benturan keras berturutan.

Ternyata pasukan burung kelayang itu mengubah diri mereka menjadi batu-batu granit besar yang muncul di sekitar pulau itu. Malam yang gelap menyamarkan kehadiran mereka. Armada perang Negeri Seberang Lautan langsung kocar-kacir menabrak batu-batu besar itu.

Sampai sekarang, kalau kamu berkunjung ke pulau itu, Pulau Belitung, kamu akan melihat batu-batu besar itu. Dan salah satunya, berbentuk burung kelayang. Burung yang dulu diselamatkan Putri Naninggala dengan mengalahkan ketakutannya.

***

Aku menarik nafas lega. Adikku, Satya, akhirnya bisa tertidur dengan tenang. Dari tadi ia mabuk laut dan gelisah terus. Makanya aku mendongengkannya cerita tentang Putri Naninggala dan batu-batu granit besar yang bermunculan di laut sekitar Pulau Belitung.

Ssst… belakangan aku baru tahu, kalau batu-batu granit besar itu muncul saat pergeseran lempengan Sunda beribu tahun lampau! Hihihi… main mengarang saja…

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Pradikha Bestari.