Bakat Terpendam Coco

By Vanda Parengkuan, Kamis, 10 Mei 2018 | 04:00 WIB
Bakat Terpendam Coco (Vanda Parengkuan)

 

Hutan Alam adalah sebuah hutan yang menjadi tempat tinggal banyak hewan. Semua penghuni Hutan Alam hidup rukun dan damai. Di hutan ini, hidup juga keluarga burung bernama Pak Cicit dan Bu Cicit. Pasangan burung ini memiliki empat anak bernama Caca, Cici, Cece, dan Coco. Mereka adalah anak-anak burung yang baik dan sering membantu warga lain penghuni hutan itu.

Suatu sore, Caca dan Cici membantu Bu Ruri Kiajng mempersiapkan Rina, anaknya, yang akan mengikuti lomba kecantikan. Mereka mengumpulkan daun dan bunga untuk mendandani Rina pada saat lomba nanti.

Cece dan Coco membantu Pak Momon Monyet mempersiapkan pesta ulang tahun Kiki, anaknya. Mereka membantu memasangkan pita warna-warni di rumah Pak Momon. Hari ulang tahun Kiki bertepatan dengan lomba kecantikan yang diikuti Rina.

Hari perlombaan pun tiba. Rina berhasil mendapatkan juara pertama. Seluruh penghuni Hutan Alam berkumpul di rumah Pak Momon untuk merayakan ulang tahun Kiki sekaligus merayakan keberhasilan Rina.

Musik diputar. Mereka semua bergembira. Tanpa diduga, dengan alunan musik itu, Caca mulai bernyanyi. Mendengar itu, Cici pun mulai menari. Semua mata tertuju pada Caca dan Cici.

Semua bertepuk tangan setelah musik berhenti. Ternyata Caca memiliki suara yang merdu. Ternyata, Cici juga bisa menari dengan begitu indah. Caca dan Cici tak pernah menyadari hal itu, begitupun Pak Cicit dan Bu Cicit.

“Wah, pertunjukkan yang benar-benar hebat!” puji Pak Leo Singa.

“Suaramu bagus sekali, Caca. Dan tarianmu sangat indah, Cici,” ujar Bu Cicit bangga.

“Bakat kalian sangat bagus. Woohoo!” seru Pak Momon Monyet sambil mengangkat tangannya. Tanpa sengaja, tangan Pak Momon menyenggol gelas kecil yang berada di meja di dekatnya. Gelas itu pun jatuh ke arah Puput, seekor siput kecil di lantai.

Melihat itu, Cece langsung terbang melesat dan menahan gelas itu di atas tubuhnya agar tidak jatuh menimpa Puput. Pak Momon pun segera mengambil gelas itu dari tubuh Cece.

“Kamu tidak apa-apa, Cece?” tanya Pak Momon.

“Aku tidak apa-apa,” jawab Cece. “Puput, kamu baik-baik saja, kan?”