5 Kota yang Hilang

By willa widiana, Jumat, 6 Oktober 2017 | 08:45 WIB
Petra di Jordania (willa widiana)

Teman-teman pasti sering mendengar animasi yang membahas tentang kota yang hilang atau The Lost City. Sebenarnya, kota yang hilang itu benar-benar ada atau tidak, ya?

Kota yang hilang itu benar-benar ada, lo! Di artikel ini, Bobo akan mengajak kamu melihat 5 kota yang hilang. Penasaran? Ayo kita mulai saja penjelajahan kota yang hilangnya!

Petra di Jordania

Petra adalah sebuah kota yang berada di antara tebing-tebing batu, di Jordania. Sekitar tahun 400 SM, kota kecil ini sempat menjadi pusat perdagangan. Orang-orang Nabasia yang tinggal di kota ini hidup dengan tenang dan nyaman. Sayang, kehidupan penduduk Petra berubah saat Kekaisaran Romawi datang.

Semakin hari, kehidupan penduduk Petra semakin buruk, karena jalur perdagangan di ubah dan lebih banyak menggunakan jalur laut. Kota yang sudah sepi inipun dilanda gempa dan akhirnya terkubur di bawah reruntuhan. Pada awal 1800-an, seorang ilmuwan Eropa menemukan kota yang hilang ini. Semenjak itu, penelitian tentang Petra terus dilakukan.

Pompeii di Italia

Sekitar 2.000 tahun lalu, Pompeii, di Italia Selatan dihuni oleh puluhan ribu orang orang. Kota yang berdiri di dekat Gunung Vesuvius itu termasuk kota yang makmur. Pada musim panas di tahun 79 Masehi, gunung berapi itu mengeluarkan abu tebal dan membuat kota Pompeii gelap. Beberapa warga pergi dan sisanya berlindung di rumah mereka.

Pada tengah malam, gunung berapi itu mengeluarkan awan panas yang bergerak 289 kilometer per jam. Penduduk yang ada di dalam rumah tidak sempat menyelamatkan diri mereka. Akhirnya, 19 jam setelah Gunung Vesuvius meletus, Kota Pompeii pun hilang terkubur. Setelah ribuan tahun, kota ini ditemukan secara tak sengaja oleh peneliti pada tahun 1748.

Angkor Wat di Kamboja

Angkor Wat adalah sebuah kota yang berada di bawah Kekaisaran Khmer. Pada abad ke-11 sampai abad ke-13, Angkor wat termasuk kota yang maju. Bayangkan saja, di abad itu, mereka sudah bisa membuat waduk besar untuk mengairi sawah para warga. Penduduk di sana senang, karena sawah mereka teraliri air sepanjang tahun.

Seiring berjalannya waktu, perkebunan tanaman mulai tumbuh dan menyebabkan tanah erosi. Erosi tanah itu membuat sistem pengairan kacau. Akhirnya, beberapa sawah terendam banjir dan gagal panen. Kelaparan pun mulai menyerang. Pada tahun 1434 M, Kekaisaran Khmer jatuh ke tangan orang Thailand. Penduduknya banyak yang pindah ke negara tetangga.

Karena sudah kacau, pemimpin kala itu memindahkan ibukota ke Phnom Penh. Angkor Wat pun dibiarkan hilang termakan hutan belantara. Beruntung, pada abad ke-15, ada beberapa biksu yang datang dan tinggal di Angkor Wat. Para biksu itupun merawat tempat bersejarah itu selama berabad-abad lamanya.