Benizara dan Kekizara

By Vanda Parengkuan, Minggu, 29 April 2018 | 04:00 WIB
Benizara dan Kekizara (Vanda Parengkuan)

Pada zaman dahulu kala, di sebuah kota, hiduplah seorang gadis bernama Benizara. Ia periang dan suka sekali menyanyi. Sayangnya, di saat menginjak remaja, ayah dan ibunya meningga. Ia harus tinggal di rumah Bibi Haru, adik ayahnya. Bibinya ini mempunyai seorang anak perempuan bernama Kakezara yang sebaya dengan Benizara.

Benizara adalah gadis yang baik hati dan tulus. Ia sayang pada Bibi Haru dan Kakezara. Sayangnya, Bibi Haru memperlakukan Benizara dengan buruk. Benizara yang ramah, punya lebih banyak teman dibandingkan Kakezara. Bibi Haru tidak suka, dan tak ingin Kakezara kalah bersaing dengan Benizara.  

Suatu ketika, Bibi Haru menyuruh dua gadis itu ke pegunungan untuk mengumpulkan kacang kastanye. Sebelum mereka berangkat, Bibi Haru memberikan Kakezara dan Benizara masing-masing sebuah kantong. Benizara mendapat kantong yang berlubang di bawahnya, sedangkan Kakezara mendapat kantong yang bagus.

“Kalian tidak boleh kembali sebelum masing-masing kantong kalian sudah terisi penuh dengan kacang kastanye,” kata Bibi Haru.

Kedua gadis itu segera berangkat ke pegunungan dan mulai mengumpulkan kacang kastanye. Tak perlu waktu yang lama, Kakezara sudah mengisi penuh kantongnya. Lalu ia kembali ke rumah, meninggalkan Benizara seorang diri.

Dalam kesendiriannya, Benizara tetap bekerja keras, memungut kacang kastanye sampai tidak menyadari bahwa matahari mulai terbenam.

Hari semakin gelap dan semakin gelap. Saat masih bekerja, tiba-tiba Benizara mendengar suara gemerisik. Benizara berpikir, mungkin seekor serigala sedang mengintainya. Sadar dirinya ada dalam bahaya, Benizara segera berlari sekuat tenaga. 

Saat sedang berlari, ia sadar bahwa dirinya benar-benar tersesat di kegelapan malam. Benizara mulai putus asa, tetapi ia sadar tak ada gunanya menangis. Maka, ia tetap melanjutkan perjalanannya, berharap mungkin saja ia bisa menemukan sebuah rumah. Tiba-tiba, ia melihat sebuah cahaya di depannya.

Benizara melangkahkan kakinya menuju asal cahaya itu. Ternyata, cahaya itu berasal dari lampu teplok di sebuah pondok kecil. Di rumah itu, ada seorang nenek sedang memintal benang seorang diri.

Nenek itu mengijinkan Benizara masuk. Gadis malang itu lalu bercerita tentang tugas dari bibinya, sampai ia tersesat dan tidak tahu jalan pulang.

“Apakah saya bisa menginap di rumah Nenek, malam ini, Nek?” tanya Benizara.

Nenek itu berkata, “Aku sebetulnya senang sekali mendapat teman di rumah ini. Tapi sayangnya, kedua anakku adalah siluman hutan. Sebentar lagi mereka akan kembali. Jika tahu ada manusia di sini, mereka pasti akan memakanmu. Jadi, sebaiknya aku memberitahu jalan yang harus kamu lewati untuk sampai ke rumahmu,” kata si Nenek.