Rantai Emas Dewa Langit

By Vanda Parengkuan, Jumat, 16 Maret 2018 | 08:00 WIB
Rantai Emas Dewa Langit (Vanda Parengkuan)

Sang Ibu lalu mengambil pisau daging, lalu mengasahnya dengan menggesekkan dengan pisau lain.  Ternyata, bunyi itulah yang mereka dengar dari kamar.

“Ibu, apa yang Ibu lakukan?” tanya anak pertama penasaran.

“Ooh, ehm, Ibu sedang menyiapkan sarapan pagi untuk kalian, Sayang,” kata sang ibu palsu tanpa membalik tubuhnya.

“Tapi, ini masih malam, Bu,” ujar anak kedua heran.

“Oh, sebenarnya, Ibu sangat kelaparan. Ibu baru pulang dari perjalanan yang sangat jauh, kan?” kata sang ibu palsu sambil terus mengasah pisau daging.

“Apa yang sedang Ibu masak?”  kata pertama sambil berjalan mendekat, ingin melihat apa yang ada di depan ibu mereka. Namun, sang ibu berusaha menutupi benda yang ada di depannya.

Anak kedua ikut mendekat juga dari arah lain. Sang ibu palsu kembali bergerak ke samping, agar anak kedua tidak bisa melihat. Namun, anak pertama jadi bisa melihat apa yang ada di depan si ibu palsu. Ia sangat terkejut dan berseru,

 “Apa yang Ibu lakukan pada adik kami?!” Anak pertama terbelalak melihat adik bungsunya sedang berbaring di atas meja dapur dalam keadaan terikat.

“Diam!” bentak si ibu palsu sambil menggebrak meja dengan suara berubah menggelegar. Bulu-bulu kasar di tangannya lalu mulai tumbuh lagi.

Ketika si ibu palsu membali tubuhnya, menengok ke arah kedua anak itu, matanya tampak merah berkilat. Kulitnya berubah menjadi merah, dan dari hidungnya keluar asap. Tubuhnya berubah menjadi raksasa tua jahat lagi. 

Raksasa itu berbalik lalu mengulurkan tangannya untuk menangkap kedua anak itu. Dengan cepat mereka mundur ke arah dinding. Ketika raksasa itu menerjang hendak menangkap mereka, kembali mereka berkelit ke samping, sehingga kepala raksasa itu menabrak dinding rumah.

Dinding rumah pun hancur berlubang. Sementara, kepala raksasa itu terjebak di lubang dinding itu. Dengan marah, raksasa itu meronta dan mengamuk. Ia mencoba menarik kepalanya, namun tidak berhasil. Ia lalu menarik sekuat tenaga, hingga dinding-dinding rumah menjadi retak.