Ia lalu memakai topi ajaibnya lagi dan menjadi tidak terlihat. Mikita pun pergi untuk mencari Putri Pertama.
Saat Mikita sedang berjalan di lorong istana, ia melihat Putri Pertama berjalan tergesa keluar ke halaman istana. Putri Pertama membawa obor berbentuk tengkorak. Mikita bergidik, tetapi terus mengikutinya sampai tiba di tepi hutan. Putri Pertama terus masuk menerobos pohon-pohon lebat. Mikita pun mengikutinya.
Tak lama kemudian, tampak sebuah rumah kayu kecil. Rumah itu ternyata milik seorang tukang sepatu terhebat di negeri itu. Putri Pertama berkata pada si Tukang Sepatu,
“Buatkan aku sepasang sepatu dari benang sutra hijau, bertaburkan berlian dan mutiara. Bagian hak sepatunya haruslah tinggi sehingga seekor burung gereja dapat terbang di kolong haknya.”
Tukang Sepatu lalu mulai membuat sepatu seperti pesanan Putri Pertama. Tangannya bergerak sangat cepat. Mikita tak menyangka, Tukang Sepatu itu memiliki semua bahan mewah yang diminta Putri Pertama, yaitu benang sutera, mutiara, dan berlian. Setelah sepatu kiri selesai, Putri Pertama langsung mengambilnya dan membawanya pergi, kembali ke istana.
Mikita tetap berada di gubuk si Tukang Sepatu. Ia menunggui Tukang Sepatu itu membuat sepatu kanan sampai selesai. Ketika Tukang Sepatu lengah, Mikita mengambil sepatu kanan itu dan bergegas keluar dari gubuk tanpa suara.
Tukang Sepatu sangat terkejut melihat sepatu kanan buatannya lenyap dari atas meja. Dengan panik ia mencari sepatu itu di kolong meja dan di setiap sudut rumahnya. Ia mencari dan mencari dan terus mencari, tetapi sia-sia saja. Sepatu itu tetap tidak ditemukan.
“Aku terpaksa membuat sepatu kanan lagi,” pikir Tukang Sepatu kebingungan.
Keesokan harinya, Raja Vasil dan semua Mikita menemui keduabelas putri-putri itu lagi. Putri Pertama menunggu sambil memegang sepatu kirinya. Ia menyerahkannya kepada Raja Vasil.
Di saat yang sama, Mikita juga memberikan sepatu kanan kepada Sang Raja. Sepatu yang diambilnya dari rumah Tukang Sepatu. Jadi, Sang Raja memiliki pasangan yang sama persis dengan sepatu milik Putri Pertama.
Kesebelas putri lainnya dan keduabelas Mikita sangat gembira. Putri Pertama juga tampak bahagia. Ia tersenyum manis pada Raja Vasil dan sekali lagi mengadakan pesta mewah. Namun sebenarnya Sang Putri sangat kesal, sebab sekali lagi Mikita membuktikan bahwa ia lebih pintar darinya.
Ketika pesta itu usai dan semua orang tertidur nyenyak, Putri Pertama diam-diam masuk lagi ke kamar Mikita. Ia berbisik di dekat Mikita,
“Sepatu untuk Putri Pertama terbuat dari benang sutra merah, bersulam emas, dan bertaburkan perak.
“Tidak. Sepatu Putri Pertama terbuat dari benang sutra hijau, dan bertaburkan berlian,” gumam Mikita yang asli, mengigau dalam tidurnya. Ia lalu mendengkur lagi.
Putri Pertama langsung tahu, itulah Mikita yang asli. Maka, ia berjinjit ke tempat tidur Mikita asli, dan menggunting poni Mikita. Putri Pertama lalu buru-buru pergi dari situ.
(Bersambung)
Teks: Adaptasi Dongeng Rusia / Dok. Majalah Bobo ©