Hore! Liburan datang! Dido yang nilai rapornya bagus diberi hadiah berlibur ke Garut. Dido senang sekali. Ia pergi bersama Papa dan kakaknya, Mas Bagas.
Sore itu mereka pergi piknik ke Situ Bagendit. Situ atau danau itu cantik sekali. Menurut cerita setempat, Situ Bagendit itu muncul karena seorang lintah darat kaya bernama Nyai Endit mengusir seorang pengemis tua. Dari tongkat yang ditancapkan pengemis tua itu, keluarlah air bah yang menelan Nyai Endit dan anak buahnya. Jadilah danau atau situ bagendit itu. Kononnya lagi, Nyai Endit berubah menjadi lintah yang hidup di dasar situ! Hiiii… Dido, kan, paling takut sama lintah.
Dido mendengarkan cerita itu sambil terus makan. Selesai makan, mereka berfoto-foto, meninggalkan tas piknik mereka begitu saja di tepi danau. Saat kembali lagi, hiiiii… tempat mereka piknik kotor sekali! Terutama di bagian Dido tadi duduk. Ada kertas-kertas berserakan yang paling parah, ada lintahnya! Dido sampai menjerit-jerit ketakutan.
Dengan beraninya, Mas Bagas menyingkirkan lintah-lintah itu. Sementara itu, Dido mengambil kertas-kertas yang berserakan. Rasanya dia kenal kertas itu.
Deg! Hati Dido seperti berhenti berdetak. Itu kertaskertas contekan ulangannya! Ya, Dido memang tidak jujur. Untuk ujian cawu kemarin, Dido memaksa teman-temannya memberinya kertas contekan. Kertas-kertas contekan itu jelas sudah dibuangnya. Namun, kenapa sekarang ada di sini?
“Kertas apa itu, Do?” tanya Mas Bagas.
“Eeeeng… enggak, bu… bukan kertas apa-apa, kok,” ucap Dido sambil buru-buru memasukkan kertas-kertas itu ke dalam tasnya.
Sesampai di villa, Dido memeriksa lagi kertas-kertas itu. Dido mengamati satu kertas berwarna pink. Kertas warna pink itu hanya dimiliki Ami. Ami memberinya contekan ujian matematika. Kertas berikutnya adalah kertas contekan ujian bahasa Inggris. Ini benar tulisan Sandi. Tulisannya khas, huruf g-nya selalu melengkung ke atas. Kertas contekan ujian IPA ini juga jelas berasal dari Teto. Teto yang gila robot-robotan selalu menggambar robot di sudut kertas.
“Didooo, mandi!” Panggilan Mas Bagas itu nyaris membuatnya Dido terlompat. Segera ia jejalkan kertas-kertas itu ke dalam tasnya.
Di kamar mandi, kejutan lain menanti Dido. Ada lintah menempel di dinding! Dido berteriak hendak memanggil Papa, tetapi tidak bisa. Srut… srut… seekor lintah lain muncul dari saluran air. Aaaahh! Dido ketakutan dan jijik sekali. Sret… srett… astaga! Ada lintah yang juga menempel di dalam dinding bak.
Tiba-tiba, Dido merasa ada yang menyentuh tengkuknya.
“Aaah!” Sontak Dido menjerti piknik! Ia langsung berpaling menghadap ke pintu. Hwaaaa… Di pintu pun ada seekor lintah! Lintah yang di pintu itu besar sekali! Besarnya nyaris selebar daun pintu. Nyaris pingsan Dido melihatnya.