Putri Fay akhirnya berusaha membuat Pangeran Alphege keluar dari kerajaan itu. Namun usahanya selalu gagal.
Sementara itu, di negeri yang jauh, tinggallah Edita, adik perempuan Ratu Edwina. Ia menikah dengan seorang saudagar, sehingga tinggal di negeri yang jauh itu. Ketika Ratu Edwina masih hidup, Edita sering bertukar kabar dengan kakaknya itu. Ia sudah mendengar kabar tentang keponakan satu-satunya, Pangeran Alphege.
Suatu hari, Edita berkirim surat pada Raja Edgar untuk mengizinkan Pangeran Alphege mengunjunginya. Edita sangat ingin bertemu dengan keponakannya itu. Semula Raja Edgar ragu-ragu, namun akhirnya ia setuju.
Pangeran Alphege saat itu berusia empat belas tahun. Ia sangat tampan. Pada masa kecilnya, ia dirawat seorang pengasuh yang baik hati bernama Bu Alden. Setelah Pangeran Alphege menginjak remaja, Bu Alden tidak mengasuhnya lagi. Namun Pak Alden kini menjadi guru pribadi yang mengajarinya berbagai ilmu pengetahuan.
Pangeran sangat senang karena tidak terpisah dari suami istri yang sangat baik ini. Mereka sangat mencintai Pangeran Alphege, seperti mencintai putri tunggal mereka, Zayda. Zayda dan Pangeran Alphege juga saling menyayangi seperti kakak beradik.
Ketika Pangeran Alphege pergi ke negeri bibi Edita, Pak dan Bu Alden menemaninya bersama banyak pengawal. Selama perjalanan di wilayah kekuasaan Raja Bernard, semuanya berjalan dengan baik. Namun setelah melewati perbatasan, mereka harus melewati dataran gurun yang terik.
Ketika udara semakin terik, rombongan kereta Pangeran Alphege berhenti di bawah pepohonan.
Pangeran Alphege mulai merasa haus dan ingin minum air yang segar.
Tiba-tiba, ia melihat ada aliran air yang cukup besar di dekat tempat itu. Ia segera turun dari keretanya dan berlari ke aliran air yang tampak jernih dan segar. Pangeran Alphege meraup air dengan tangannya, lalu meminumnya. Pada saat itu juga, tubuhnya menghilang dalam sekejap.
Para pengawal dan suami istri Alden cemas mencarinya. Mereka berteriak-teriak ke sekeliling tempat itu memanggil nama pangeran. Namun tiba-tiba saja, muncul seekor monyet hitam di atas batu besar.
“Orang-orang yang malang… Percuma saja kalian mencari Pangeran Alphege. Kembalilah ke negerimu. Dia tidak akan dikembalikan pada kalian, sampai kalian bisa mengenalinya…” kata monyet hitam itu, lalu menghilang dari atas batu.
Para pengawal dan suami istri Alden sangat sedih. Mereka kembali mencari sang pangeran, namun tetap tak bisa menemukannya. Karena tak punya pilihan lain, mereka akhirnya pulang kembali ke istana membawa kabar sedih itu.