Misteri Sandi Menari (Bag. 2)

By Vanda Parengkuan, Jumat, 13 April 2018 | 19:10 WIB
Misteri Sandi Menari (Bag. 2) (Vanda Parengkuan)

Pak Hilton Cubbit mulai bercerita tentang pertemuan pertamanya dengan istrinya. "Saya bukan orang yang sangat kaya. Tetapi, keluarga besar saya sudah lima abad tinggal di Riding Thorpe Manor. Semua warga County Norfolk mengenal keluarga saya. Tahun lalu, saya datang ke London menghadiri pesta ulang tahun kenalan saya. Di pesta itu, saya berkenalan dengan seorang wanita yang cantik dan ramah. Namanya , Elsie Patrick.”

Pak Hilton Cubbit berhenti sejenak, seperti sedang membayangkan kejadian itu. “Kami lalu menjadi teman akrab. Saya semakin menyukai  Elsie. Tetapi kata Elsie, dia memiliki keluarga yang jahat. Dia ingin melupakan masa lalunya. Elsie juga berkata, kalau saya memang menyukainya, maka saya jangan bertanya soal masa lalunya,” sambung Pak Hilton Cubbit. 

“Elsie sangat baik dan jujur. Saya yakin, dia bukan seorang penjahat. Maka, setelah beberapa waktu mengenalnya,  saya lalu melamarnya menjadi istri saya. Dan berjanji, tidak akan bertanya soal masa lalunya.”

Sherlock Holmes dan dr. Watson mendengar cerita Pak Hilton Cubbit yang panjang. Menurut Pak Hilton Cubbit, ia dan Elsie lalu hidup bahagia di rumah mereka di Riding Thorpe Manor. 

Akan tetapi, sekitar satu bulan yang lalu, pada akhir Juni, Pak Cubbit melihat tanda-tanda ada masalah. Suatu hari, istrinya menerima surat berperangko Amerika. Wajah Elsie menjadi pucat. Ia melemparkan surat itu ke dalam perapian. Elsie tidak menceritakan apapun pada Pak Cubbit. Dan karena sudah berjanji, Pak Cubbit juga tidak menanyakan apa pun pada Elsie. Ia tetap yakin, Elsie adalah gadis yang baik dan jujur. Tidak mungkin melakukan kejahatan. Namun, Pak Cubbit benar-benar khawatir jika istrinya ada dalam bahaya. Ia ingin sekali menolong Elsie.

"Nah, hari ini, saya akhirnya datang pada Anda, Pak Holmes. Sebab Selasa minggu lalu,  saya menemukan di salah satu kusen jendela rumah saya, gambar-gambar orang menari seperti yang di kertas itu. Orang-orang menari itu digambar berderet dengan kapur,” cerita Pak Cubbit.

Tadinya, Pak Cubbit mengira itu perbuatan iseng pemuda-pemuda yang menjaga kandang kudanya. Namun, mereka berkata tidak tahu apa-apa. Kemungkinan, orang-orang menari itu digambar pada malam hari. Gambar itu lalu dibersihkan oleh Pak Cubbit lalu menghapus bersih gambar itu. Ia hanya menceritakan kejadian itu pada istrinya.

Elsie sangat terkejut mendengar cerita itu. Ia meminta pada suaminya, kalau gambar seperti itu muncul lagi, jangan dihapus, karena ia  ingin melihatnya.  Selama seminggu, gambar itu tidak muncul lagi.

“Tapi kemarin pagi, saya menemukan kertas itu tergeletak di jam matahari di kebun saya,” kata Pak Cubbit. “Saya menunjukkan kertas itu pada Elsie. Wajahnya langsung pucat pasi,” ujar Pak Cubbit dengan suara bergetar.

“Sejak saat itu, Elsie seperti orang linglung. Matanya sangat ketakutan. Saya segera mengirim kertas yang saya temukan itu pada Anda, Pak Holmes. Saya tidak mungkin pergi ke polisi dan bercerita soal gambar orang-orang menari. Mereka akan menertawakan saya. Tapi kalau saya cerita pada Anda, maka Anda pasti tahu apa yang harus Anda lakukan,” kata Pak Cubbit sambil menatap Holmes.

“Saya bukan orang yang sangat kaya. Tetapi, kalau betul-betul ada bahaya yang mengintai istri saya, saya akan menghabiskan seluruh harta saya untuk melindungi Elsie,” janji Pak Cubbit.

Sherlock Holmes menatap Pak Cubbit dengan kagum. “Bapak ini sangat lembut, sederhana, rendah hati, dan sangat mencintai istrinya,” pikir Holmes. Ia duduk beberapa saat dan berpikir.