Bubo Raksasa dan Dio Gembala

By Vanda Parengkuan, Selasa, 13 Maret 2018 | 12:00 WIB
Bubo Raksasa dan Dio Gembala (Vanda Parengkuan)

Suatu hari, Dio teringat. Sebentar lagi Kirana, putri Pak Agung, akan berulang tahun. Selama ini, Kirana sangat baik pada Dio. Maka, Dio ingin sekali memberikan hadiah kejutan untuk temannya yang cantik itu.

Maka, ketika hari ulang tahun Kirana tiba, Dio pun memakai ikat pinggang yang membuatnya kasat mata. Ia mengambil sekantong emas dan meletakkan kantong itu di depan pintu kamar Kirana.

Betapa gembiranya Kirana ketika menemukan sekantong emas di depan pintu kamarnya. Dio juga senang melihat kegembiraan gadis yang baik hati itu.  

Esok malamnya, Dio kembali meletakkan sekantong emas lain di depan pintu kamar Kirana. Hal ini terus ia lakukan selama tujuh malam. Pak Agung dan Kirana berpikir, itu pasti perbuatan peri yang baik hati.

Maka suatu malam, Pak Agung dan Kirana bersembunyi. Mereka ingin tahu, siapa yang membawa kantong berisi emas itu.

Pada malam ke delapan, huja dan angin badai angin menerpa desa itu. Dio kembali datang ke rumah Pak Agung, dengan membawa sekantong emas.  Sayangnya, Dio lupa membawa ikat pinggang ajaib yang membuatnya kasat mata. Ketika tiba di teras rumah Pak Agung, ia baru teringat. Namun, ia malas untuk kembali ke gubuknya karena angin dan hujan deras masih menerpa desa itu. 

Jadi, Dio tetap menyelinap masuk ke dalam rumah Pak Agung. Lalu meletakkan sekantong emas di depan pintu kamar Kirana. Ia lalu berbalik akan meninggalkan rumah itu. Namun pada saat itu, Pak Agung keluar dari persembunyiannya. Ia terkejut dan salah paham saat melihat Dio di dalam rumahnya.  

 “Kamu ternyata tidak jujur, Dio! Kamu ingin mencuri emas pemberian peri untuk Kirana, kan?”

Dio sangat terkejut karena tertangkap basah berada di rumah majikannya. Ia tak berani menjelaskan hal yang sebenarnya.   

"Selama ini, kau telah mengurus sapi-sapiku dengan baik. Jadi, kali ini kau kumaafkan. Aku tak akan mengirimmu ke penjara. Tapi, kamu tidak boleh bekerja di peternakanku lagi!” kata Pak Agung.  

Dio pun kembali ke gubuknya dengan sedih. Ia membawa bolu dan ikat pinggang ajaibnya dan pergi ke kota terdekat. Di sana, ia membeli beberapa pakaian bagus, dan sebuah kereta dengan empat ekor kuda cantik. Ia mempekerjakan dua pelayan, dan kembali ke desanya. Dio berkunjung ke rumah Pak Agung.

Betapa terkejutnya Pak Agung melihat Dio yang kini berpenampilan rapi bagai bangsawan. Dio akhirnya menceritakan keberuntungan yang dialaminya. Pak Agung sungguh malu dan meminta maaf. Dio sangat gembira karena ia bisa berteman dengan Kirana lagi.  

Teks: Cerita adaptasi / Dok. Majalah Bobo