Saat itu, tanjidor sering dimainkan oleh para budak untuk menghibur majikannya.
Namun, saat perbudakan dihapuskan, para budak yang dilepaskan lalu membentuk perkumpulan pemusik.
Seiring dengan perkembangan zaman, tanjidor ini mulai disukai oleh masyarakat umum.
BACA JUGA: Tari Sirih Kuning dari Betawi
Dulunya Dimainkan oleh Laki-laki
Kesenian ini dulunya dimainkan oleh kaum laki-laki saja, lo.
Mereka sebenarnya adalah petani, tapi saat musim tanam selesai, mereka menjadi pemain tanjidor.
Mereka memainkan alat musik keliling rumah, seperti mengamen.
Semakin lama, semakin banyak yang tertarik dengan kesenian ini, termasuk perempuan.
Maka itu, tanjidor akhirnya boleh dimainkan oleh siapa saja.
BACA JUGA: Kue Rangi, Camilan Manis dari Betawi
Tanjidor Sekarang
Karena pengaruh modernisasi, banyak kesenian tradisional yang mulai hilang.
Namun begitu, tanjidor masih tetap bisa kita nikmati saat ada perayaan besar adat, seperti pernikahan atau sunatan warga Betawi.
Tanjidor juga digunakan untuk mengiringi kesenian Betawi lain, seperti ondel-ondel.
O iya, di Portugal sendiri, tanjidor masih digunakan saat pawai keagamaan, seperti pesta Santo dan Santa.
BACA JUGA: Bubur Ase, Bubur Langka Khas Betawi