Kotzebue, Kota Paling Beracun di Amerika

By willa widiana, Jumat, 23 Februari 2018 | 11:31 WIB
Kotzebue, Kota Paling Beracun di Amerika (willa widiana)

Bobo.id – Kotzebue adalah kota kecil di daerah Alaska, Amerika Serikat.

Nama kota ini berasal dari perwira angkatan laut Rusia yang menjelajahi daerah ini pada abad ke-19.

Namun sayang, Kotzebue sudah berubah menjadi kota paling beracun di Amerika.

Pertambangan

Di kota ini ada pertambangan seng dan timah yang cukup besar.

Pada tahun 2016, pertambangan itu sudah mengeluarkan 378,9 juta kilogram bahan kimia beracun.

BACA JUGA: Cara Membedakan Tanaman yang Beracun dan Tidak Beracun

Bahan beracun itu pun dibuang begitu saja, tidak diolah lagi.

Bahan kimia beracun itu pun menyebar dan membuat Kotzebue menjadi kota paling beracun.

Orang Iñupiat

Kota Kotzebue kebanyakan dihuni oleh orang-orang Iñupiat.

Orang Iñupiat masih suka berburu hewan dan memancing di sungai.

BACA JUGA: 6 Tanaman Ini Paling Beracun di Dunia

Hewan hasil buruan dan memancing itupun akan dijadikan sumber makanan.

O iya, orang Iñupiat juga suka mengawetkan daging dari hasil buruan mereka.

Meracuni Makhluk Hidup

Para ilmuwan khawatir, bahan kimia beracun di Kotzebue akan mencemari air dan tumbuhan.

Racun yang ada di dalam air dan tumbuhan bisa masuk ke tubuh hewan saat makan dan minum.

BACA JUGA: Mengenal 3 Jenis Gas Beracun

Padahal, beberapa jenis hewan dan ikan yang ada di Kotzebue masih suka diburu penduduk.

Kalau sudah begitu, penduduk kota pun bisa ikut keracunan bahan kimia berbahaya itu.

Desa Kivalina

Pertambangan seng dan timah di Kota Kotzebue cukup dekat dengan Desa Kivalina.

Saat ini, penduduk desa sudah merasakan efek negatif dari bahan kimia beracun dari pertambangan itu.

BACA JUGA: Kluwek, Buah Beracun yang Bisa Dimasak

Menurut penduduk setempat, banyak bayi yang terkena masalah jantung, padahal usianya masih sangat kecil.

Tak hanya itu, banyak juga remaja yang mengalami gagal ginjal.

Kasihan sekali! Semoga, kota paling beracun di Amerika ini bisa segera berubah, ya!

Sumber: sciencealert.com, Foto: Creative Commons