Kisah Bulu Sayap Burung Falcon

By Vanda Parengkuan, Selasa, 15 Mei 2018 | 12:00 WIB
Kisah Bulu Sayap Burung Falcon (Vanda Parengkuan)

Isveta akhirnya sampai di seberang lautan. Ia lalu berjalan sampai ke gunung putih. Perjalanannya sangat berat sampai sepatu, tongkat dan topi besi ketiganya akhirnya juga rusak.  Ia terus mendaki ke puncak gunung putih, dan melihat sebuah pondok kecil, dan memasukinya. Ada seorang kakek sangat tua menyapanya, “Salam untukmu, gadis muda.  Apa yang membuatmu datang ke sini? Aku sudah duduk di tempat ini selama seribu tahun, dan tidak ada seorang pun yang datang.”

“Aku sedang mencari sahabatku, burung falcon,” jawab Isveta.

Sayangnya, bahkan si kakek yang paling tua itu pun tidak tahu tentang burung falcon.

“Tunggulah di sini hingga pagi hari. Semua burung akan berkumpul di sini dan mungkin di antara mereka ada yang mendengar kabar tentang sahabatmu itu.”

Di pagi hari, semua burung berkumpul di depan pondok itu. Burung falcon besar, falcon kecil, segala jenis burung berkumpul. Semua hewan yang terbang bahkan ngengat terkecil pun datang. Mereka tidak tahu apa-apa tentang burung falcon sahabat Isveta.

Tiba-tiba terdengar kepakan sayap, dan seekor burung falcon besar mendarat. “Falcon itu adalah kakakku, Igor. Ia sekarang terkurung di sebuah istana Kristal. Jaraknya sekitar seribu mil dari sini. Ratu penyihir menangkapnya, dan memberikannya ramuan penghilang ingatan. Ia ingin menjadikan kakakku sebagai raja di istana sihirnya.”

Saat Isveta mendengar hal itu, ia langsung menangis. Si kakek tua berusaha menghiburnya:

“Jangan sedih dulu, gadis muda! Lihat saja, kau akan mendapatkan akhir yang bahagia. Falcon ini akan membawamu turun dari gunung ini, dan kamu harus berjalan menuju istana Kristal itu. Bawa kain sutra berbingkai perak dan jarum dengan benang emas ini. Saat kau meletakkan jarum dan benang di atas kain berbingkai, jarum akan menyulam sendiri di kain sutra berbingkai. Ingatlah, kau tidak boleh menjual bingkai ini untuk apapun kecuali untuk bertemu  dengan burung falcon sahabatmu.”

Burung falcon adik Igor membawa Isveta terbang menuruni gunung putih. Isveta lalu melanjutkan perjalanannya menuju istana Kristal. Di perjalanan terakhirnya, ia sudah tidak mempunyai sepatu besi, tongkat besi yang membantunya berjalan dan ia juga sudah tidak memakai topi besi. Kakinya terluka oleh batu yang tajam. Berkali-kali ia jatuh diterpa angin kencang, karena tak punya tongkat untuk menahan tubuhnya. Ia juga kepanasan oleh teriknya matahari. Namun akhirnya ia sampai di istana Kristal.

Isveta duduk di ambang pintu istana itu. Ia mengeluarkan nampan perak dan meletakkan telur emas di atas nampan. Seketika telur itu mulai berputar ke seluruh permukaan nampan. Warga sekitar dan para penjaga istana pun berkumpul melihat hal aneh tersebut.

Ratu Penyihir melihat kerumunan orang-orang itu. Ia menyuruh dayang-dayangnya keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dayang-dayangnya pergi dan kembali lagi membawa berita. Mereka bercerita tentang telur emas yang bisa berputar sendiri di nampan. Mereka juga memberitahu Ratu, kalau gadis bernama Isveta itu tidak mau menjual benda itu kecuali ia diijinkan bertemu dengan burung falcon jelmaan Igor.

Ratu Penyihir itu melambaikan tangannya ke dayang-dayangnya dan berkata, “Cepat, lari dan ambillah nampan dengan telur emas itu. Katakan pada gadis itu kalau aku akan membawanya pada Igor. Tapi dia tidak boleh kecewa, karena Igor tertidur seperti mati. Tidak ada yang bisa membangunkannya.”

Dayang-dayang membawa berita itu pada Isveta. Maka, Ratu Penyihir lalu membawa Isveta ke kamar Igor si burung falcon. Igor tampak terbaring tidur nyenyak. Isveta menangis di tepi tempat tidurnya karena tahu Igor ada dalam pengaruh sihir Ratu Penyihir.

“Aku Isveta, sahabatmu. Aku telah menempuh perjalanan jauh mencarimu,” tangis Isveta. Namun Igor tetap tertidur dan tidak mendengar apa-apa. Di pagi harinya, Isveta terpaksa harus keluar dari istana itu.

Isveta tidak putus asa. Sekali lagi, ia duduk di ambang pintu istana Kristal. Kali ini, dia mengeluarkan alat tenun emas dengan roda perak yang bisa menenun sendiri benang emas. Orang-orang di sekitar istana pun berkumpul untuk melihat kejadian ajaib itu. Sekali lagi, Ratu Penyihir menyuruh dayang-dayangnya keluar dan mencari tahu apa yang terjadi.

Dayang-dayangnya kembali dan memberitahu kepada sang ratu, bahwa Isveta memiliki alat tenun emas dengan roda perak yang bisa menenun sendiri benang emas. Sekali lagi, Ratu Penyihir mengijinkan Isveta untuk melihat Igor yang terbaring tidur.

Malam harinya, Isveta berusaha membangunkan Igor sambil menangis sedih. Namun sekali lagi usahanya sia-sia. Sahabatnya itu tetap tertidur nyenyak tak bergerak.  

Sekarang, Isveta hanya memiliki kain sutra berbingkai perak dan jarum serta benang emas. Ia duduk di ambang pintu istana. Jarum emas itu menyulam sendiri di  kain sutra berbingkai perak. Semua orang disekitarnya berlari ke sisinya untuk melihat hal yang mustahil itu. Sekali lagi Ratu Penyihir menyuruh dayang-dayangnya untuk melihat kejadian itu. Dan mereka kembali memberi kabar, kalau Isveta memiliki jarum emas yang bisa menyulam di kain sutra berbingkai perak.

Ratu Penyihir itu tertawa dan berkata, “Pergilah dan ambilah bingkai perak dan jarum emas itu. Suruh dia kemari. Dengan senang hati aku akan membiarkannya menemui Igor si burung falcon. Ia tidak akan bisa membangunkannya. Lagipula, besok adalah hari Igor diangkat menjadi raja di istana kristal ini. Begitu Igor memakai mahkota, maka ia tak bisa keluar dari istana kristalku ini lagi! Ha ha ha…”

Di malam terakhir itu, Isveta menangis sangat sedih. Ia berusaha membangunkan Igor, dan menceritakan perjalanan jauh yang ditempuhnya. Namun Igor tetap tertidur seperti mati.

Ketika fajar menyingsing, Isveta menangis tersedu-sedu. Air matanya menetes deras. Beberapa tetes jatuh di dahi Igor. Beberapa saat kemudian, keajaiban terjadi. Igor terbangun, dan berseru kepadanya, “Kau berhasil menemukanku, Isveta! Berarti kau telah tiga kali ganti sepatu, tongkat, dan topi besi. Semua yang kamu lakukan itu adalah cara untuk mematahkan sihir si Ratu Penyihir! Dia yang telah menyihir aku sehingga aku tertidur.”

Igor kemudian berubah menjadi falcon besar lagi. Ia membawa terbang Isveta menjauh dari istana itu. Betapa bahagianya Pak Terenin melihat Isveta kembali ke rumah dengan selamat, bersama sahabatnya Igor, si burung falcon.

Teks: Dok. Majalah Bobo / Adaptasi Dongeng Rusia