Antara Susi, Sushi, dan Kenangan Ibu (Bagian 1)

By Putri Puspita, Senin, 21 Mei 2018 | 11:01 WIB
Sushi buatan Susi (Putri Puspita)

“Banyak sekali, Cu, sushinya,” kata Kakek. Nenek pun meng-iya-kan.

“Iya, Kek, Nek, Susi kesenangan bikin. Eh, malah kebanyakan, ya,” kata Susi sambil tertawa.

“Hmm… Bagaimana kalau dibagi-bagikan ke anak-anak untuk buka puasa?” kata Nenek memberikan ide.

“Hmmm, apa mereka mau terima, Nek? Kalau tidak enak?” kata Susi ragu.

“Pastilah mau terima, yang penting diberikan dengan hati yang tulus. Dulu Ibu kamu juga sering berbagi makanan,” kata Nenek.

“Oya, Nek, tadi janji mau bercerita tentang Ibu kan,” kata Susi.

“Oh iya. Ah, kalau dikenang, Ibumu sangat mirip dengan kamu Cu. Ia suka sekali memasak, sejak kecil malah. Sama seperti kamu, Ibu kamu suka mencoba-coba sendiri berbagai resep makanan. Saat bulan puasa, walaupun kita tidak berpuasa, Ibu kamu suka membuat banyak makanan. Lalu, ia akan bagikan kepada anak-anak di sekitar sini,” kata Nenek. Mata nenek menerawang mengenang Ibu.

Susi mendengar dan meresapi semua kata-kata Nenek. Ia tiba-tiba merasa sangat rindu pada ibunya. Susi hanya bertemu Ibu hanya sampai usia 4 tahun karena kecelakaan pesawat saat Ibu Susi yang berprofesi sebagai pramugari harus berpulang ke sisi Tuhan.

“Yang harus kamu ingat Cu, Ibu kamu selalu berbuat baik untuk siapapun. Nenek yakin, kamu pun baik seperti Ibu,” kata Kakek.

“Nek, Susi mau berbagi sushi ini untuk tetangga yang berpuasa di sekitar sini,” kata Susi bersemangat.

Nenek dan kakek pun mengangguk senang.

Dalam hati Susi masih gugup, tetapi hal itu tidak menghalanginya untuk mencoba melangkah untuk berbagi. Apakah ia benar-benar berani? Apakah pemberiannya akan diterima?

bersambung…