Geri jerapah sedang mencari pekerjaan. Ia tidak akan memilih-milih pekerjaan. Ia akan dengan senang hati mengerjakan pekerjaan apa saja. Sayangnya, tubuh Geri terlalu tinggi. Ia tidak bisa bekerja di beberapa tempat yang ia sukai.
Geri sebetulnya ingin menjadi kondektur bis. Namun saat ia mencoba berdiri di dalam bis, ternyata kepalanya tidak bisa masuk ke dalam bis. Ia harus sangat menundukkan lehernya. Akibatnya leher Geri kesakitan.
Geri juga ingin menjadi supir mobil van toko roti. Namun lagi-lagi ia mendapat masalah dengan lehernya. Karena lehernya terlalu panjang, ia harus sangat menundukkan lehernya saat menyetir mobil van. Namun akibatnya, hidungnya tersangkut di kemudi mobil. Geri akhirnya memarkir mobil van toko roti itu di tepi sebuah taman. Dengan susah payah, ia keluar dari mobil itu.
“Sepertinya aku harus cari pekerjaan yang di luar ruangan,” gumam Geri sambil melihat ke sekeliling taman.
Tak jauh dari taman itu, tampak sebuah rumah kecil. Geri melihat ada yang menarik pada rumah itu. Ia lalu melangkah mendekat. Rumah itu tampak bersih dengan cat hijau cerah di sekeliling jendela. Tampak seekor tikus sedang berdiri di tangga pendek dan memegang kaleng cat. Itulah yang membuat Geri tertarik. Tikus itu adalah Mici, temannya.
“Pagi, Mici,” sapa Geri ceria.
“Hei! Pagi, Geri!” jawab Mici. Tiba-tiba, tikus itu berseru keras, “Ya ampun!”
“Ada apa, Mici?” tanya Geri kaget. “Kenapa kamu berteriak?”
“Tangga ini ternyata kurang tinggi. Padahal aku harus mengecat bagian atap!” seru Mici. “Andai saja ada tangga yang setinggi tubuhmu, Geri. Pekerjaanku pasti jadi lebih mudah,” keluh Mici.
“Aku mau menolongmu dengan senang hati,” kata Geri. “Kau bisa gunakan aku sebagai tangga kalau kau mau.”
Mici tikus sangat berterimakasih. Ia langsung memanjat leher Geri. Geri memegang kaleng cat di mulutnya saat Mici mengecat atap. Tak lama kemudian, pekerjaan mereka pun selesai.
Pak Nuri pemilik rumah, keluar dari rumahnya dan melihat mereka. Burung nuri itu sangat gembira. Ia memberi upah pada Mici dan Geri.