Kisah Dapur Umum di Sawahlunto dan Orang Rantai yang Dipaksa Bekerja

By willa widiana, Rabu, 27 Juni 2018 | 13:00 WIB
Museum Goedang Ransoem (Creative Commons)

Bobo.id – Pada awal abad 20, batubara ombilin dari Sawahlunto, Sumatera Barat, sangat terkenal di dunia.

Batu bara itu mendatangkan untung besar bagi penjajah Belanda karena sangat mahal harganya.

Penambangan Batu Bara Besar-besaran

Penambangan batu bara dilakukan besar-besaran pada masa itu. Saat itu, pekerjaan menggali dan mengangkut batu bara masih dilakukan dengan tenaga manusia.

Karena itu, Belanda mendatangkan banyak buruh. Buruh ini terdiri dari orang Sawahlunto yang bekerja harian, buruh kontrak, dan orang rantai.

Orang rantai adalah orang-orang tahanan yang dipaksa kerja sebagai kuli. Disebut orang rantai karena mereka bekerja dengan tangan dan kaki terantai.

BACA JUGA:Selain Dijadikan Bumbu Dapur, Apa Manfaat Tanaman Adas?

Berkembang Pesat

Banyak orang datang ke Sawahlunto untuk bekerja. Sawahlunto menjadi makin ramai. Kantor, toko-toko, barak, rumah sakit, dan dapur umum pun dibangun.

Semua itu dibangun untuk mendukung kerja tambang batu bara. Salah satu bangunan penting bagi tambang batu bara adalah dapur umum.

Dapur umum ini dibangun pada tahun 1918. Dinding dapur umum ini terbuat dari batu bata, tebalnya mencapai 32 cm. lantainya memiliki tebal 200 cm.

BACA JUGA:5 Fakta Seputar Bumbu Dapur